Arg, Ninaa! Aku menjambak rambut kuat-kuat, sakit yang ditimbulkannya sama sekali tidak meredamkan gemuruh d**a. Benar-benar membuatku frustrasi dia. Aku mengembuskan napas kuat-kuat, menarik napas, lalu mengembuskannya lagi mencoba melenyapkan debar-debar di d**a karena berpikir nakal mau memaksanya saja. Tapi itu tidak mungkin terjadi karena sekarang kunci kamar ada di dalam kolam. Untuk menemukannya tentu butuh waktu dan pasti aku harus masuk ke kolam bau dan sangat dingin mengingat malam hari juga habis hujan. Setelah cukup lama hanya mondar-mandir di depan kolam, aku akhirnya masuk ke dalam, memutar handel kamar namun tidak juga terbuka padahal aku memutar sambil mendorongnya kuat. Aku menepuk jidat saat ingat baru saja membuang kuncinya. Astagaa, ada apa denganku yang menjadi bodoh