Rania duduk patuh seperti yang diminta oleh Vino, meskipun dalam pikirannya selalu bertanya-tanya apa yang terjadi sama Vino hingga dia bersikap sangat cuek dengannya. “Ini Non, silakan dinikmati,” ucap pembantu Vino pada Rania. “Makasih banyak Bi.” “Sama-sama, kalau begitu saya ke belakang dulu.” “Iya Bi.” Rania meminum minuman yang sudah dihidangkan untuknya untuk pelepas dahaga yang sedari tadi terasal di tenggorokannya. Vino melintas di hadapan Rania dengan celana pendek dan kaosnya yang ngepas di badan, membuat Rania malu menatap tubuh Vino yang sangat perfect. Rania langsung menunduk dan kembali meminum minumannya. Baru minum beberapa teguk, suara sepatu pantofel terdengar dari luar, Rania segera mendongakkan wajahnya untuk melihat siapa yang datang. “I ... ibu,” ucap Rania