Rosa mengeluarkan tisu dari dalam tasnya dan memberikan pada Rania. Rania menerimanya, dia menghapus air matanya sendiri yang sudah membasahi pipi halusnya. “Pernikahan gua Cuma sandiwara!” ucap Rania dengan tegar setelah dia terlihat lebih tenang dari sebelumnya. “Sandiwara? Sandiwara gimana maksudnya? Lu dan Pak Vino kan saling cinta,” bantah Rosa. Rania menggeleng lemah. “Hanya aku, aku yang terlalu bodoh karna mencintai Pak Vino, sedangkan Pak Vino hanya memanfaatkan aku.” “Memanfaatkan gimana? Buktinya cincin pernikahan kalian masih ada di jari manis kamu,” jawab Rosa sambil memperlihat cincin di jari manis Rania pada dirinya sendiri. “Yang menabrak Ayah gua ternyata Papanya Pak Vino.” Rosa yang mendengar ucapan Rania langsung menutup mulutnya yang menganga karna kaget. “Jadi