Vino duduk di dalam kamarnya memikirkan permohonan dari Mama sama Papanya. “Tidak Vin, lo tidak mungkin bilang cinta sama perempuan itu, lu sendiri tau gimana brutalnya sikap dia, apalagi saat teman perempuan lu waktu itu ngerendahin dia, dengan sikap bar-barnya langsung ngajak ribut di tempat umum, ya emang teman lu keterlaluan sih, tapi gak gitu juga ngatasi masalah yang ada. Tidak! Pokoknya dia bukan cewek baik dan lembut!” gumam Vino membantah bulat-bulat permintaan mama dan papanya. “Aku tau caranya supaya perempuan itu setuju sama permintaan mama, tinggal jangan bayarin biaya rumah sakit, kelar urusannya! Memangnya dia bisa dapat uang sebanyak itu dari mana untuk pengobatan Ayahnya? Aku yakin dia tidak akan punya uang,” lanjut Vino lagi, lalu merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidu