Saska segera membenahi pakaiannya dan juga membenahi pakaian Ara. Tangannya meraih tangan Ara yang menutup wajahnya dan mengusap air matanya. "Maaf," ucapnya. Saska kembali melakukan kesalahan, emosi meluap dan rasa takutnya membuatnya tak dapat berpikir dengan jernih. Ia amat takut saat melihat Ara tenggelam dan amat sangat takut seandainya tak dapat menyelamatkan Ara. Jika hal itu sampai terjadi mungkin ia akan menyalahkan dirinya sendiri seumur hidup. Ara hanya menatap arah lain dengan mata yang masih sembab. Sesekali air mata masih menetes melewati wajahnya. "Aku mau pulang," ucapnya seraya menepis tangan Saska yang berusaha menghapus jejak air matanya. Ia kecewa, pada Saska, juga pada dirinya sendiri, ia merasa seperti w**************n, w************n, dan membuat Saska bisa semena-