Ara mendesah lelah melihat panci penggorengannya nyaris berlubang. Memang bukan miliknya, meskipun milik Saska tetap saja rasanya sayang. "Tidak apa, nanti beli yang baru," celetuk Saska yang kini tengah memasak kembali untuk makan malam. Ia lupa mengecilkan sumbu dan alhasil baru ditinggal sebentar, masakannya sudah gosong. "Sudah siap, cepat makan." Saska meraih piring dan meletakkan ikan goreng yang telah matang. Dengan mendesah lelah, Ara segera menarik kursi kemudian duduk. Harusnya memang ia yang memasak, tapi karena Saska telah menggosongkan penggorengan juga makan malamnya, pria itu harus bertanggung jawab. Keduanya memulai makan malam dengan anteng. Sesekali Ara mengayunkan kakinya di bawah meja layaknya bocah dan sukses mengenai kaki Saska. Dahi Saska terlihat berkerut. "Tak b