Galen menarik napasnya panjang, waktu sudah semakin larut dan kini bahkan sudah menunjukkan pukul dua pagi. Tapi keadaannya dan perasaannya tetap sama, sesak yang tiada akhir. Lova terlihat masih tenang dalam tidurnya, tidak ada lagi wajah kesakitan seperti beberapa waktu yang lalu. Kini, justru Galen yang kesakitan sepanjang malam itu. Air matanya tidak mau berhenti dan bahkan dia harus membekap mulutnya untuk meredam isak tangisnya yang tiba-tiba tersengal hebat jika mengingat-ngingat apa yang telah dia lakukan hingga membuat Lova selalu takut untuk mengambil langkah. Tatapannya begitu pilu melihat Lova, semua kesakitan wanita itu, mulai dari kesakitan batinnya bahkan kini fisiknya terus memenuhi kepalanya. Hingga Galen akhirnya memilih beranjak menuju balkon, lalu menutup pintu