Brian menutup pintu kamar dengan keras, suara benturan kayunya menggema hingga membuat Tiffany tersentak. Meski berusaha terlihat tegar, jantung Tiffany tetap berdegup kencang. Ada ketakutan yang tak bisa ia sembunyikan setiap kali menyaksikan amarah Brian. Tiffany mundur beberapa langkah saat Brian semakin mendekat. Tatapan tajam pria itu menusuk, membuat rasa takutnya tak juga mereda. Brian berhenti tepat di depannya, lalu meraih dagu Tiffany dan mencengkeramnya erat, memaksa gadis itu untuk menatapnya. “Dengarkan aku baik-baik. Aku adalah peraturan di sini. Kamu tidak punya hak sedikit pun untuk menghentikan kontrak ini. Kontrak ini akan terus berjalan sampai waktunya berakhir, atau sampai aku yang mengakhirinya. Pikirkan lagi nasibmu. Jika kamu benar-benar memutuskan kontrak ini, kam

