80. Serangan Pagi

2332 Kata

Masih tak bosan-bosannya aku menatap testpack garis dua dan polaroid usg yang diberikan Mas Alan. Dua benda yang bisa membuatku diam seribu bahasa, juga membuatku tidak tahu harus bahagia atau sedih. Tak bisa kupungkiri, ada perasaan terharu ketika mengetahui ada calon kehidupan di rahimku. Akan tetapi, rasa tak terima itu juga masih agak mendominasi. Jadi, kesimpulannya perasaanku masih nano-nano. Di satu sisi, tidak heran jika aku hamil karena aku punya suami. Namun, di sisi lain, mengandung anak dari laki-laki yang di ingatanku adalah laki-laki jahat, itu juga bukan hal yang mudah untuk kuterima. Sungguh ironi. Bagaimana mungkin janin yang tak bersalah ini, yang tercipta karena cinta—katanya, tiba-tiba dibenci ibunya sendiri. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Mau semenolak apa p

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN