Aku bersyukur, demamku hilang setelah banyak istirahat. Suhu badanku tidak lagi panas, kepalaku pun tidak lagi pusing. Aku malah merasa jauh lebih segar setelah sembuh dari sakit dan memutuskan untuk berendam air hangat. “Makanan datang!” Aku langsung menoleh begitu mendengar suara Mas Alan. Dia baru saja dari lobi untuk mengambil makanan yang dia pesan. “Gimana kabar setelah mandi?” datang-datang, Mas Alan memonyongkan bibirnya. Membuatku ikut memonyongkan bibir sampai bibir kami bersentuhan selama beberapa detik. “Enakan, Mas. Rasanya lebih enteng.” “Bagus kalau gitu. Ayo, makan dulu!” “Iya.” Mas Alan menata makanan di meja sementara aku menyelesaikan acara sisiran. Setelah selesai, aku segera menyusul dan duduk di sebelahnya. “Wah, kelihatannya menggoda.” Warna merah di depanku