Restu dari Papa dan Mama sudah kukantongi, tinggal Mas Danish saja yang belum. Ini belum bisa disebut kabar bagus karena beliau berdua mudah berubah pikiran jika Mas Danish mengatakan yang sebaliknya. Memang sudah lebih baik daripada tidak sama sekali, tetapi aku belum bisa sepenuhnya lega. Sebelum ke Jogja, lebih dulu aku dan Mas Alan menyelesaikan pekerjaan di Jakarta. Ini agar sepulang dari sana, pekerjaan yang mananti tidak terlalu menumpuk. Selain itu, kami juga sekalian mengurus kelanjutan dari Si b*****t Erik yang katanya bolak-balik rumah sakit. Kata Mas Alan, b*****t satu itu tidak mengaku kalau dia habis dipukul orang. Dia mengaku kecelakaan tunggal, padahal jelas-jelas luka yang dia dapat kurang sinkron jika dikaitkan dengan kecelakaan. Aku dengar, satu giginya sampai tanggal.