Seakan tersadar dari dunianya Nakyta langsung tersenyum pada Fariz, "kenapa bisa disini kak?" Tanyanya lembut.
Akhir-akhir ini Nakyta mencoba untuk bersikap biasa saja terhadap Fariz. Berusaha untuk tidak takut lagi, walau ia masih ada rasa takut dan gemetar jika berhadapan dengannya.
Fariz tersenyum kecil melihat sikap Nakyta, "emang kenapa?" Tanya Fariz balik.
Nakyta langsung menggeleng lalu kembali menatap keluar jendela. Senyumnya memudar. Ia tengah berpikir untuk mencari pekerjaan dan membantu untuk membiayai sekolah Nakyra.
Nakyta terkejut ketika punggung tangan kanannya dikecup oleh Fariz. Seketika mata Nakyta membulat lalu menatap sekeliling, melihat orang-orang sekitar didalam kafe yang berbisik sambil memandangnya. Perlahan Nakyta berusaha untuk melepaskan genggaman Fariz yang semakin menguat ketika Nakyta berusaha untuk lepas.
Mata Fariz terus menulusuri wajah Nakyta yang berusaha keras untuk melepaskan genggamannya yang erat. Terlihat jika mata gadis itu sudah berkaca-kaca dan memelas menatap Fariz untuk melepaskan tangannya. Namun bukan itu penyebab mata itu berair.
"Kenapa nggak lanjut kuliah?" Tanya Fariz datar hingga membuat Nakyta diam dari berontaknya.
Nakyta bungkam. Wajahnya menunduk dengan tangan yang masih dalam genggaman Fariz. Nakyta menghela napas dan memalingkan wajahnya.
"Kenapa nggak lanjut kuliah?" Tanya Fariz lagi.
Nakyta menggeleng menatap Fariz dengan bibir yang menyungging senyum.
"Kenapa?" Kali ini Fariz bertanya lembut.
"Pengen kerja."
Nakyta menjawab dengan wajah polos dan ceria nya, seolah tidak ada beban dalam hidupnya. Fariz menghela napas. Gadis yang ada dihadapannya ini benar-benar membuat Fariz frustrasi. Jujur saja selama mengenal Nakyta ini, Fariz benar frustrasi dengan sikap dan kelakuan gadis kecil itu. Nakyta yang hanya akan ketakutan jika berada dihadapannya dan tersenyum dihadapan orang disekitarnya, seolah memang tidak ada beban kecuali ketakutan akan dirinya. Namun Fariz juga tahu kalau dibalik senyuman Nakyta yang tulus terdapat segudang rasa yang tidak bisa ia ekspresikan.
"Pengen aja ko kak. Kenapa?" Nakyta balik bertanya dengan lembutnya.
"Lanjut aja kuliah. Sayang sama nilainya." saran Fariz tanpa melihat Nakyta.
Nakyta terkekeh menatap Fariz. "Mau kerja aja."
"Kuliah! Bareng Nabilla."
"Loh ko maksa. Kyky mau kerja, kuliahnya nggak akan dilanjut. Mungkin tahun depan aja." jelas Nakyta.
"Kamu harus kuliah!" Ini perintah yang tidak dapat dibantah.
Nakyta memejamkan mata, menghirup udara disekitar yang entah mengapa terasa habis, dan dihembuskannya perlahan. Membuka mata, dilihatnya Fariz dengan lembut dan tersenyum. Walau matanya masih berkaca-kaca. Kenapa masalah kuliah harus diperdebatkan? Apa rencana Fariz selanjutnya?
"Maaf Kak, tapi Kyky nggak akan lanjut kuliah. Ini kemauan Kyky, kakak nggak ada hak buat ngatur masa depan Kyky. Oke ... Maaf Kyky tau kalau Kyky harus menurut sama apa yang kakak mau, tapi ini berhubungan sama masa depan Kyky dan ini hidup Kyky." dengan perlahan Nakyta menjelaskan kepada Fariz. Takut jika apa yang diucapkannya dapat memancing amarah Fariz.
Rahang Fariz mengeras, ditariknya tangan Nakyta keluar kafe. Tanpa memperdulikan pandangan orang-orang yang menatap mereka heran. Ditariknya paksa Nakyta menuju parkiran mobil, dibuka pintu kursi belakang mobil. Nakyta masuk kedalam mobil dengan dorongan Fariz disusul oleh Fariz. Belakang kepala Nakyta terbentur kaca jendela mobil karena Fariz yang masih mendekati Nakyta hingga ia terpojok disudut kursi. Nakyta meringis kesakitan, matanya menatap Fariz sendu. Dengan napas terengah, wajahnya yang pucat dan penuh dengan keringat. Kedua tangan Fariz menempel disisi kepala Nakyta, mengurung tubuh Nakyta yang setengah terduduk menyender ke pintu mobil. Wajah Fariz yang hanya beberapa centi dihadapan Nakyta, membuatnya dapat merasakan hembusan napas Fariz yang memburu karena emosi. Nakyta menggigit bibir bawahnya sampai memutih, bahkan tidak peduli jika akhirnya nanti bibirnya jadi terluka.
Disini Nakyta sangat tau jika orang yang ada dihadapannya ini tengah emosi karena ucapannya tadi. Walau tadi Nakyta sangat berhati-hati bahkan ia sudah memilih kata-kata yang tidak akan memancing emosi Fariz, namun tetap saja gagal jika jiwa tempramen Fariz padanya masih tetap menguasai Fariz.
"Kamu milik aku! Jadi apapun yang berhubungan sama kamu harus aku yang atur. Inget, kamu masih punya janji sama aku. Dan kamu harus kuliah!" Dengan egois dan penuh penekanan Fariz menggeram mengucapkan kata-kata yang membuat Nakyta memejamkan mata. Merasa jika hidupnya terikat oleh orang. Hidupnya terpenjara oleh Fariz.
"Kyky nggak bisa kuliah." Nakyta masih tetap pada pendiriannya.
"Kamu harus kuliah, bareng sama Nabilla nggak ada bantahan!"
"Kyky nggak bisa. Kyky mau kerja." mata Nakyta berkaca-kaca. Tangannya mengepal menahan tangis yang ingin sekali ia keluarkan sekarang juga, tapi ia tidak boleh menangis. Ia tidak boleh menangis dihadapan orang lain. Fariz tidak mengerti, Nakyta tidak bisa kuliah. Fariz tidak akan mengerti dan tidak akan mau mengerti dirinya.
"Kenapa nggak bisa? Apa masalah biaya? Masalah biaya jangan kamu pikirin, biar nanti Ayah yang biayain semuanya." ujar Fariz masih menatap Nakyta yang menyipitkan matanya.
"IYA! Ini masalah biaya ... tapi jangan mentang-mentang karena Ayah kakak nawarin biaya kuliah buat Kyky, Kyky harus nerima gitu aja. Kyky nggak bisa, lagian Kyky juga nggak bisa egois. Kyky harus bantu Ibu, bukan cuman Kyky aja yang harus lanjut sekolah tapi ada adik Kyky juga. Kyky harus bantu biaya adik sekolah, Kyky nggak mau egois yang harus mentingin diri sendiri. Adik Kyky lebih penting buat ngelanjutin sekolahnya. Kyky nggak bisa kak."
Dengan marah Nakyta mengeluarkan semuanya. Air mata yang sedari tadi ia tahan kini keluar juga. Matanya terpejam dan pecahlah tangisnya sekarang. Fariz hanya diam menatap Nakyta tanpa mengalihkan pandangannya.
"Kyky mau kuliah kak.... Kyky mau …. tapi gimana sama adik Kyky? Gimana sama Ibu? Tiga tahun Kyky mati-matian buat selalu rangking pertama disekolah, harus mempertahanin nilai Kyky tapi ... tapi Kyky nggak bisa. SNMPTN cuman nangung biaya sekolah aja gimana sama biaya hidup Kyky selama kuliah nanti? Kyky mau kuliah kak ... mau banget." dengan terisak Nakyta mengeluarkan seluruh isi hatinya.
Perlahan Fariz menarik Nakyta ke dalam pelukannya. Diusapnya lembut rambut Nakyta, dibiarkannya Nakyta menangis didadanya. Akhirnya, Nakyta dapat meluapkan emosinya. Fariz sengaja memancing Nakyta untuk menceritakan apa yang ia rasakan.
Baru kali ini Nakyta menangis dengan terisak seperti ini, menangis dihadapan orang dan orang itu adalah orang yang ditakutinya. Selama ini Nakyta selalu diam tanpa menangis jika diperlakukan semena-mena oleh Fariz. Tak pernah ia menangis kesakitan seperti ini bahkan sampai merengek. Ia selalu menangis seorang diri tanpa ada yang tau.
Nakyta melepaskan pelukan Fariz setelah dirasa tangisnya berhenti walau masih terdengar isakan kecil yang keluar dari mulutnya. Fariz menatap Nakyta lalu pergi begitu saja keluar dari mobil, meninggalkan Nakyta yang kebingungan dan akhirnya menangis kembali.
Tak lama pintu kembali terbuka. Nakyta mendongkak ketika melihat ice cream kesukaannya kini ada dihadapannya. Nakyta menoleh pada Fariz dengan mata dan hidung yang memerah.
"Makan biar tenang." ujar Fariz dengan ice cream yang masih ditangannya.
Nakyta menerima ice cream tersebut sambil menghapus air mata yang berada di pipi dan sekitaran matanya. "Makasih. Maaf tadi Kyky marah-marah."
Fariz tersenyum, diusapnya kepala Nakyta. Perlahan ditariknya tubuh Nakyta ke dalam pelukannya. Nakyta diam kaku dengan menggenggam ice creamnya lebih kuat. Dielusnya rambut Nakyta dan sesekali diciumnya rambut Nakyta yang wangi strawberry.
"Jangan nangis! Aku tau, aku nggak akan maksa lagi. Harusnya kamu bilang, kalo kamu diem aja semua orang nggak akan ngerti apa mau kamu." jelas Fariz dan langsung mendapatkan anggukan dari Nakyta.
Fariz memejamkan matanya, membiarkan posisi mereka yang saling berpelukan dengan Fariz yang menyender di kursi dan Nakyta disebelahnya menyender di d**a Fariz. Dihirupnya aroma tubuh Nakyta, mencoba untuk menetralkan suasana hatinya yang terasa aneh. Ia merasa benar-benar sakit ketika melihat Nakyta menangis hanya karena keinginan kecil baginya namun sangat besar bagi Nakyta. Gadis itu sangat pintar, sayang jika tidak dilanjutkan tapi Fariz tidak akan memaksa untuk kali ini. Ia akan membiarkan Nakyta memilih hidupnya walau ia akan mengawasi dan sewaktu-waktu akan mengendalikan hidup Nakyta jika memang itu tidak sesuai dengan kehendaknya.
Tadi Fariz pergi begitu saja untuk membelikan ice cream. Fariz tau jika Nakyta sangat menyukai ice cream. Gadis kecil itu akan selalu memakan ice cream jika suasana hatinya tidak membaik. Ia akan melampiaskan rasa apapun itu terhadap makanan lembut nan manis itu. Fariz tau apa yang dibutuhkan Nakyta.
- - -
Lantunan musik terdengar di area luar gedung sekolah. Lampu-lampu kecil yang sengaja dipasang menghiasi seluruh lingkungan sekolah. Beberapa orang berdatangan memasuki sekolah itu dengan berbagai macam pakaian ala mafia. Hari ini perpisahan dilaksanakan, sesuai dengan tema yang sudah disepakati oleh bersama. Dengan itu acara dilaksanakan pada malam hari dan semua konsep sesuai dengan tema yang mereka ambil. Seperti from night namun ini lebih resmi dari itu. Acara yang akan diadakannya lebih menuju kepada mengenang selama mereka hidup di sekolah. Acara dinner bersama teman dan berkumpul adalah salah satu dari rangkaian kegiatan acara yang akan digelar nanti. Sebuah panggung megah sudah berdiri di ujung lapangan yang luas dengan disekitarnya terdapat lebih dari puluhan meja dan kursi yang sudah dihias sedemikian rupa. Pilar-pilar sekolah telah di hias dengan lampu-lampu kecil tumblr berwarna-warni dengan foto-foto yang menggantung semasa mereka masih mengenakan seragam putih abu itu. Sekolah yang tampak sepi jika pada malam hari, kini menjadi ramai pada hari itu. Orang-orang yang sudah datang tengah bercengkrama di area lapang.
Dibelakang panggung, tepatnya diseberang belakang panggung terdapat salah satu kelas yang dipakai untuk para panitia serta bintang tamu untuk menyiapkan penampilan mereka. Orang-orang hilir mudik ke sana kemari dengan keributan yang biasa terjadi dalam sebuah acara. Nakyta tengah duduk disalah satu kursi di sudut ruangan. Matanya terpejam menikmati lagu yang tengah ia putar dalam handphonenya dengan menggunakan headset putih miliknya.
Seseorang menepuk pundaknya hingga membuat Nakyta membuka mata dan melihat Manggala yang tengah tersenyum padanya. Dengan memakai celana bahan hitam, kemeja hitam ditambah dengan coat blazer serta dasi putih. Tak lupa kaca mata hitam yang bertengger manis di matanya. Mata Nakyta menatap Manggala terkesima, diperhatikannya Manggala dari atas hingga kebawah lalu menatap wajah Manggala yang besih dan fresh.
"Kenapa? Aku ganteng 'kan" dengan gummy smile nya Manggala menaik turunkan kedua alisnya.
Nakyta langsung tertawa sambil melepaskan headset nya lalu menepuk kursi sebelah yang kosong, menyuruh Manggala untuk duduk. Tanpa menunggu lama Manggala langsung duduk disamping Nakyta. Tiba-tiba tangan Nakyta terulur menyentuh rambut Manggala sambil menggenggam beberapa rambut lalu ditariknya ke atas agar rambut itu tegak berdiri. Manggala terdiam menatap Nakyta yang fokus merapikan rambutnya.
"Nah ini baru ganteng." ucap Nakyta setelah melakukan kegiatannya sambil tertawa.
Manggala tersenyum menatap Nakyta yang langsung berdiri dan merapikan pakaiannya. Nakyta tampak lucu dengan celana jeans hitam ditambah dengan kemeja putih yang melekat pas ditubuhnya. Gesper hitam ia pakai, dasi merah kecil yang menjulang panjang dan sepatu boot. Nakyta terlihat cantik dengan riasan wajah natural, softlen coklat untuk menambah riasan wajahnya. Rambutnya yang diikat satu dengan poni membuatnya terlihat menggemaskan, kesan lucunya tidak hilang walaupun ia sudah dirias. Rambut berwarna hitam yang akan terlihat warna merah kecoklatan jika terkena cahaya. Rambutnya diwarnai paksa oleh Nabilla saat ia menginap waktu itu, katanya Nabilla bosan melihat rambut Nakyta yang berwarna hitam melulu. Padahal Nakyta sendiri pemilik rambut tersebut biasa saja.
Diambilnya jas hitam yang tersampir dikursi yang Nakyta duduki dan memakainya. Jas hitam berlekuk yang pas melekat di tubuh Nakyta. Manggala tersenyum menatap Nakyta dan dibalas Nakyta dengan senyuman juga.
"Siap?" Tanya Manggala dengan mengulurkan tangannya.
Nakyta mengangguk diterimanya uluran tangan Manggala lalu berjalan keluar ruangan. Hari ini mereka ditunjuk sebagai perwakilan Siswa dan Siswi yang berada disekolah. Mereka akan mengikuti prosesi pembukaan acara perpisahan dimana mereka akan menerima kedatangan pemilik sekolah serta Bapak Kepala Sekolah mereka. Dimana mereka nanti akan dijadikan simbol untuk diberikan kalung penghargaan yang akan dipakaikan oleh pemilik sekolah dan Bapak Kepala Sekolah diikuti oleh para siswa-siswi lain.
Selain itu mereka juga ditunjuk untuk menjadi MC di acara tersebut. Seperti biasa jika mereka yang menjadi MC pasti akan seru dan berkesan. Sekolah juga mengundang beberapa band yang cukup terkenal dan beberapa band sekolah luar, tentunya Nakyta senang dengan kehadiran beberapa band tersebut ditambah Nakyta memang mengenal beberapa orang band sekolah luar karena pernah berlatih bersama.
Band NAFA juga sudah pasti ikut untuk memeriahkan acara namun mereka sengaja ditampilkan terakhir untuk penutup acara yang akan diikuti dengan pesta kembang api yang memang sudah direncanakan sebagai simbol bahwa pesta sudah berakhir.
"Nih pasti haus 'kan" dengan menyodorkan botol minuman dan sebuah sedotan. Nakyta tersenyum menerima minuman itu dari tangan Manggala sambil mengucapkan rasa terimakasih nya. Nakyta memang sudah haus sejak dari tadi.
Manggala ikut duduk dikursi yang disediakan khusus untuk mereka di belakang panggung. Saatnya untuk beristirahat, semua sedang menikmati dinner mereka. Nakyta membuka tutup botol dan langsung meminumnya dari sedotan sedangkan Manggala mengikuti Nakyta namun ia langsung meminumnya dari botol. Nakyta memang tidak terbiasa langsung meminum dari botol dan Manggala tau akan hal itu.
"Nggak makan?" Tanya Manggala.
Nakyta menggeleng sambil tersenyum, "kamu juga nggak makan Gala?" Tanya Nakyta balik.
"Nanti aja bisa nyusul." jawab Manggala sambil meneguk kembali air minumnya.
"Boleh nanya sesuatu nggak?" Tanya Manggala.
"Boleh ... mau nanya apa?"
"Cowo yang kadang suka jemput kamu itu ... siapa kamu Ky? Kakak kamu?" Tanya Manggala.
Nakyta diam lalu tersenyum. "oh itu kakak temen Kyky." jawab Nakyta sungkan. Ia malas untuk membicarakan Fariz kali ini. Semenjak dibuatnya Nakyta menangis sampai sekarang mereka tidak komunikasi. Yang didengar Nakyta dari Nabilla kalo Fariz tengah pergi ke luar kota untuk sebuah pembuatan film. Entahlah Nakyta tidak tau.
"Baik ya, mau jemput kamu." entah apa yang menbuat Manggala berkata seperti itu, seperti menyindir Nakyta
Nakyta hanya tersenyum mendapati Manggala yang masih setia menatapnya. Nakyta hanya manggut-manggut saja.
"Boleh giliran Kyky yang tanya?" Kini Nakyta yang bertanya.
"Hmm kenapa waktu itu Kyky ngerasa kalau Gala ngejauhin Kyky? Apa Kyky ada salah sama Gala?"
Manggala diam dengan pertanyaan Nakyta. Pasalnya ia tidak ingin memberitau apa yang sebenarnya terjadi, ia tidak bisa memberi alasan kenapa ia menjauhi Nakyta kala itu.
"Gala." tegur Nakyta ketika melihat Manggala yang hanya diam merenung.
"Oh ... nggak. Kamu nggak salah apa-apa."
"Trus kenapa jauhin Kyky?"
"Maaf."
Bukan menjawab Manggala memilih untuk meminta maaf pada Nakyta. Maaf karena ia sudah menjauhi Nakyta dan maaf karena ia tidak bisa mengatakan alasannya.
"Loh, Kyky minta alasan bukan maaf dari kamu loh, Gala."
Kata Nakyta dengan lembut dan tersenyum kecil. Ia merasa heran dengan tingkah Manggala yang dulu dekat dengannya lalu tiba-tiba menjauh dan sekarang datang lagi seolah jarak yang sempat tercipta itu tidak ada.
"Ada saatnya, mungkin nggak sekarang tapi nanti. suatu saat nanti aku bakalan kasih tau alasannya. Buat sekarang aku mau kita kayak dulu lagi, bisa?"
Nakyta mengernyit lalu tersenyum dan mengangguk. "Makasih" ujar Manggala lega.
Malam semakin larut namun acara semakin meriah ketika semua menunjukkan aksinya dan mengenang perjalanan mereka selama tiga tahun belakang ini. Panitia sengaja memutar video yang menampilkan kegiatan dan foto-foto yang telah mereka alami selama disekolah. Semua tersenyum dan menangis bersamaan melihat video tersebut.
"Pasti bakalan kangen banget sama sekolah. Jangan tinggalin Shella ya, Ky. Kita harus tetep bareng-bareng." ungkap Shella sambil memeluk Nakyta dari samping.
Nakyta tersenyum mengusap lengan Shella, teman seperjuangannya selama di sekolah. Kemana-mana mereka selalu bersama, jatuh bangun bersama. Mata Nakyta memandang layar dihadapannya yang masih menampilkan beberapa cuplikan video yang menampilkan kesan pesan para Siswa dan Siswi selama mereka bersekolah.
"Buat temen-temen seperjuangan Kyky. Tiga tahun kita udah melewati suka duka selama sekolah. Kenangan yang bisa kita ukir buat jadi acuan dan cerita pada anak cucu kelak nanti. Tapi perjuangan kita bukan sampai sini. Masih banyak lagi tantangan diluar sana yang harus kita hadapi, terus semangat jangan menyerah. Suatu hari nanti maybe next time ada saatnya dimana kita akan dipertemukan kembali untuk mengenang dan menceritakan perjalanan hidup tanpa teman-teman. Makasih udah buat kenangan SMA Kyky jadi penuh warna dan manis. Makasih sama suka duka yang kalian kasih ke Kyky yang bakalan Kyky inget terus sampe nanti Kyky keriput. Pesan Kyky buat kalian never give up on what you want. Buat guru-guru Kyky makasih udah memberi ilmu sama kita, semua nggak akan ada artinya tanpa ada guru. Maaf sama tingkah kami yang membuat jengkel tapi itu semata bentuk kasih sayang kami pada kalian, guru yang tak pernah terlupakan. Makasih."
Riuh tepuk tangan menggema seantero sekolah dengan derai air mata. Video dimana Nakyta menyampaikan pesan dan kesannya menjadi penutup momentum tersebut.
Manggala berdiri naik ke atas panggung tanpa Nakyta yang diam dipinggir panggung bersiap untuk mengisi acara. Setelah ini giliran band NAFA yang akan tampil, Raka juga sudah stay dipinggir panggung dengan kaos polos hitam yang menutupi leher dan jas putih yang melekat ditubuhnya. Nakyta sudah melepaskan jas yang ia gunakan, memberikannya pada Shella yang selalu setia dekat dengan Nakyta. Hanya tersisa kemeja putih dan gesper hitam serta dasi.
"Ya, itu video momentum kita selama bersekolah disini. Acara selanjutnya yang kalian tunggu-tunggu. Ini dia NAFA Band." dengan lantang Manggala memanggil grup Nakyta ke atas panggung.
Nakyta, Raka dan kawan-kawan yang tengah melingkar saling rangkul untuk berdoa. Setelah itu dengan lantang mengumandangkan yel yel andalan mereka dan berjalan menaiki panggung saat mereka dipanggil oleh Manggala. Nakyta menarik napas sebelum menaiki anak tangga dan melirik Shella yang masih setia memperhatikannya, tangannya mengepal dengan mulut yang mengumamkan kata semangat. Nakyta tersenyum lalu mengangguk dan naik ke panggung. Raka yang terakhir naik ke panggung sempat menggoda Shella terlebih dulu dengan mengacak rambut Shella yang digerai itu hingga membuat Shella cemberut namun rona pipi yang memerah tidak dapat ditutupinya.
Nakyta tengah bersiap-siap untuk mengetes mic dan anak-anak yang lain juga sedang mengetes sedikit alat musik mereka.
"Hmm tapi sabar sebentar bisa 'kan? Ada pengumuman penting yang memang mesti, harus, kudu dan wajib untuk di informasikan."
Sorak para penonton ketika Manggala yang dengan berlebihan mengatakan informasi tersebut. Semua orang yang berada dipanggung menatap heran Manggala terlebih Nakyta.
Manggala mengangkat sebelah tangannya ke depan, meminta agar para penonton agar diam.
"Gua tau, gua tampan tapi nggak segitunya kalian memuji gua."
Semua terbahak dan menyoraki Manggala yang lebay itu, mengelak akan apa yang diucapkan Manggala tadi, walau memang aslinya Manggala itu tampan.
"Its oke fine ... kalo emang kalian nggak terima sama ketampanan Manggala. Balik lagi sama acara tadi, ya ... untuk Bapak Kepala Sekolah yang terhormat dimohon naik ke atas panggung untuk memberikan penghargaan kepada murid berprestasi. Waktu dan tempat kami persilahkan".
Dengan formal Manggala meminta Bapak Kepala Sekolah yang masih setia duduk dengan para staf pengajar untuk naik ke atas panggung.
Nakyta semakin bingung dengan apa yang terjadi dihadapannya. Berarti masih ada lagi acara, lalu kenapa Manggala memanggil NAFA Band untuk naik ke atas panggung. Apa mungkin Manggala lupa daftar list acara? Atau ada yang dirubah dari list acara itu?
Bapak Kepala Sekolah yang dipanggil langsung menaiki panggung diikuti dengan Kesiswaan dan panitia OSIS yang membawa sebuah piala yang cukup besar dan sebuah benda seperti tabung namun ditutupi dengan kain beludru warna merah dengan pita kuning yang menghias tabung tersebut.
Nakyta mundur beberapa langkah diikuti Raka dan teman yang lain sehingga mereka berkumpul di dekat drum yang terletak dibelakangnya.
"Aduh maaf sekali lupa Gala Pa. Orang yang mau dikasih penghargaannya belum Gala panggil." dengan lebay nya juga Manggala menepuk jidat nya.
Bapak Kepala Sekolah hanya tersenyum dan menggeleng melihat kelakuan Manggala jika menjadi MC yang berbeda dengan kesehariannya.
"Tapi tenang pa. Gala cuma butuh waktu tiga detik buat orang yang harus nerima penghargaan itu ada di atas panggung ini. Sebentar." lanjut Manggala dan dengan sigap ia kebelakang menarik tangan Nakyta.
Nakyta yang tidak siap tertarik dengan wajah terkejut serta bingung. Kenapa harus Nakyta yang ditarik?
"Ini dia Siswi berprestasi tahun ini. Nakyta Raquell."
Tepuk tangan meriah langsung terdengar ditelinga Nakyta yang masih diam kebingungan. Tangannya terulur menerima piala yang diberikan oleh Bapak Kepala Sekolah ditambah sesi pemotretan. Nakyta bersalaman dengan Bapak Kepala Sekolah serta Kesiswaan dengan memberikan tabung itu yang berisi sertifikat penghargaan atas prestasi yang diraih Nakyta. Nakyta yang bingung berganti menjadi Nakyta yang tersenyum bahagia telah mendapat penghargaan seperti ini. Piala pertama yang bisa bawa ia pulang ke rumah, selama ini Nakyta yang selalu memberikan piala ke sekolah untuk dipajang di sekolah karena tidak mau ia bawa pulang. Piala yang dihasilkan dari lomba yang selalu diikuti oleh Nakyta.
Tepuk tangan menggema. Nakyta tersenyum kedepan menatap para orangtua yang turut hadir dalam acara perpisahan ini. Tempat khusus dibelakang dengan tenda putih yang dipasang diatasnya. Tidak ada Ibu nya Nakyta disana, ia sibuk untuk menjaga anaknya. Senyum Nakyta masih mengembang menatap sekitar dengan mata sendu.
Setelah sesi pemberian penghargaan itu, akhirnya NAFA Band bisa tampil dengan heboh. Nakyta dan Raka membawa beberapa lagu diantaranya ada lagu diantaranya lagu It's Time - Imagine Dragons, Ingatlah Hari Ini - Project Pop, Arti Sahabat - Nidji, High School Never End - Bowling For Soup, Grduation - Vitamin C, Count In Me - Bruno Mars dan yang terakhir Kita Selamanya - Bondan Prakoso and Fade2black.
Diakhir lagu dengan semangat meriah Manggala memberi aba-aba untuk agar kembang api yang sudah disediakan untuk dinyalakan.
"1 .... 2 ... 3."
Langit malam pun dihias dengan letusan kembang api berbagai bentuk serta warna.
%%%