Wajah Dina masih bersemu merah tatkala malam hari ia sedang menyiapkan makan malam untuk suaminya. Pria itu duduk dengan tenang di kursinya dengan memakai kaos oblong karena lebih mudah untuk lengannya yang masih diperban. Rambut keduanya sama-sama basah karena keramas setelah kegiatan menyenangkan di sore hari tadi. Begitu indah dan juga panas. Embel-embel sakit tangan itu nyatanya tidak berefek apa pun untuk Kala. Justru karena kerinduan yang membabi buta pada Dina membuat ia sedikit agresif dan membuat bibir wanitanya tak henti melenguh nikmat. Ditambah efek baru saja bertengkar membuat adrenalin keduanya semakin terpacu. "Cukup." Kala menarik lembut tangan Dina agar duduk di pangkuan. Wanita itu menurut, memeluk leher Kala sebagai pegangan. "Makan dulu. Kasihan belakangan ini jar