Dina tidak bisa mengelak saat Kala memeluknya sangat erat itu. Ternyata sekesal apa pun dirinya, tetap tidak bisa mengabaikan Kala begitu saja. Melihat tubuh tegap yang melingkupi dirinya dengan sangat erat itu membuatnya resah. "Kopinya nggak mau diminum dulu?" Dina bertanya pelan, sedikit menjauhkan kepala Kala dari lehernya. Kala menggeleng pelan. "Perutku lagi nggak enak." "Istirahat dulu kalau gitu." Nyatanya benar-benar tidak tega melihat wajah Kala yang pucat pasi itu. Dina sangat terpaksa membawa Kala ke kamarnya. Wanita itu meminta Kala berbaring dan ia segera beranjak. Tetapi sebelum ia melangkah tangannya ditarik hingga jatuh ke pelukan Kala. "Mas Kala!" seru Dina penuh peringatan. "Boleh minta dipeluk aja nggak?" Kala bertanya dengan ragu, tetapi ia merasa benar-benar