Untuk pertama kalinya seumur hidup, Kala merasakan sesuatu yang menghantam relung hatinya hingga ke titik teramat dalam. Ucapan dari wanita polos yang kini mengulas senyuman manis itu seperti menyadarkan Kala betapa kotor dirinya. Seperti meremukkan kesombongan yang selalu ia lontarkan kepada wanita itu. Di satu sisi Kala merasa perhatian itu sangat ia sukai. Namun secara bersamaan tergerus oleh rasa tak percaya diri karena latar belakang keluarganya. "Keluarga? Gua bahkan nggak punya keluarga, s**t!" "Ngapain lu doain gua, Din? Tanpa doa lu gua baik-baik aja tuh. Gua banyak duit dan semuanya lancar. Doain aja diri lu sendiri, atau bokap lu yang suka judi itu." Tak tahu kenapa rasanya Kala merasa tidak pantas Dina memperlakukan dirinya seperti itu. "Bagus dong, itu artinya Tuhan memang