Untuk beberapa saat Dias terdiam dengan posisi memeluk Kalila dari belakang, sesekali dia mengecup lembut undak Kalila menghirup aroma tubuh istrinya seperti candu. Dias mengurung Kalila dalam pelukannya, ujung dagunya disandarkan di bahu Kalila. “Jadi, apa yang mau kamu jelaskan.” Kalila merasa Dias terlalu mengukir waktu atau mungkin sengaja ingin membuat Kalila lupa. Tapi Kalila tidak akan pernah lupa dan akan tetap menunggu Dias menjelaskan. “Baiklah,” Dias terkekeh, menimbulkan rasa geli karena setiap kali lelaki itu tersenyum atau tertawa, nafas hangatnya terasa di leher Kalila. Oke, Kalila harus tenang. “Kamu pasti sudah tahu sebagian tentangku, tapi aku akan menjelaskannya menurut sudut pandangku.” Dias mencium singkat pipi Kalila, perlakuan hangat yang selalu mampu meluluh