104. Peran seorang Kakak

1119 Kata

Dari sekian banyak orang yang mengucapkan selamat pada Kalila karena dalam waktu kurang dari sembilan bulan lagi akan segera mendapatkan anak kedua, Dias justru terlihat murung dan tidak terlihat senang sama sekali. Reaksi lelaki itu sudah diprediksi Kalila dari jauh-jauh hari. Dias memang tidak menginginkan anak kedua, bukan karena tidak mau menambah anak, tapi karena rasa trauma yang dialaminya satu tahun lalu. Bagaimana rasanya tulang rusuknya dicabut perlahan satu-persatu tanpa di bius, gambaran Dias menggambarkan sakit dan kekhawatiran yang dirasakannya hari itu. Dias tidak mau terulang lagi. “Sayang,” Kalila menghampiri Dias, di balkon luar sementara tamu yang lainnya tengah menikmati hidangan yang tersedia. “Kamu nggak senang?” Kalila tersenyum, meski raut suaminya masih terliha

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN