Sejak malam itu, semuanya terasa semakin berbeda. Dias masih tinggal di apartemen Kalila, berangkat pagi dan pulang malam. Lelaki itu melakukan aktivitas seperti biasanya. Dia tidur di sofa sementara Kalila selalu mengunci diri di dalam kamar. “Aku sangat mencintaimu, Kal.” Pengakuannya malam itu terasa begitu ambigu di telinga Kalila yang seharusnya menjadi penguat untuk hati Kalila agar ia tidak melanjutkan gugatan cerainya. Tapi keraguan masih terus menggerogoti hatinya sampai detik ini, detik dimana Dias tidak pernah lagi pergi kemanapun setelah pulang kerja. Dias seolah ingin memastikan bahwa ia tidak lagi bertemu Amira di luar jam kerja. Kalila merasa ia harus kembali berbicara serius dengan suaminya itu, setidaknya dengan kepala dingin tanpa emosi seperti beberapa hari lalu. Per