“Kalian bertengkar?” Selidik Panji saat melihat Dias di ruang kerjanya. Dari ekspresinya saja sudah terlihat jelas lelaki itu sedang dalam mode tidak baik. “Nggak. Kami baik-baik saja.” Balasnya tanpa menoleh ke arah Panji. “Hanya dua hal yang bisa merusak suasana hati lelaki, pertama pasangan dan kedua pekerjaan.” Panji tersenyum dan duduk tanpa menunggu dipersilahkan. “Dan kemungkinannya adalah pasangan, nggak mungkin pekerjaan sebab saat ini usaha lo cukup stabil berkat bantuan Kak Tyas tentu saja.” cibirnya. “Gue nggak ada waktu dengerin cermah lo, kalau nggak ada kepentingan lebih baik lo pergi. Gue nggak punya tenaga untuk meladeni kalimat-kalimat konyol lo itu.” Dias tidak tahu pasti apa yang terjadi antara dirinya dan Kalila, apakah ia bisa menyebutnya bertengkar atau pisa