“Nggak usah repot-repot bawain makan, Kak.” “Aku khawatir, Nia. Gimana kalau kamu sakit?” Nia menjemput Kalila di lobi. Kakaknya itu tidak memberitahukan kedatangannya. Hal tersebut sengaja dilakukan, sebab Nia pasti menolak kedatangannya. Kalila datang membawa banyak makanan. “Sengaja bawa banyak, bisa dihangatkan kalau nggak sempet masak atau beli makanan.” Kalila jarang berkunjung ke apartemen Kania, ia justru lebih sering berkunjung ke rumah utama dimana kedua orang tuanya tinggal. Meski begitu Kania tetap mengkhawatirkan keadaan Kania sebab akhir-akhir ini ia lebih memilih tinggal di apartemennya. “Tinggal di panaskan dan masak nasi. Kalau masih malas, kamu bisa beli roti saja.” Kalila merapikan makanan yang dibawanya ke dalam lemari pendingin. “Mau makan?” Tawar Kalila. “B