“Benarkah hamil?” Kania menatap pantulan diri di depan cermin, memperhatikan bentuk tubuhnya dengan seksama. Nia harus lebih jeli akan perubahan yang terjadi pada dirinya, sekecil apapun itu. “Nggak mungkin hamil.” Ia menutup perutnya dengan kedua tangan. Bagaimana mungkin ia seceroboh itu?! Kemana Nia si perfeksionis? Hanya karena segelas minuman ia harus kehilangan harga dirinya dan kini ada janin yang mungkin saja sedang tumbuh dalam dirinya. Berulang kali Randi mengatakan akan bertanggung jawab atas kondisi Nia, lelaki itu terlihat bersungguh-sungguh dengan ucapannya hanya saja Nia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi kedua orang tuanya saat tahu dirinya tengah berbadan dua. Apalagi reaksi sang ayah yang mungkin tidak akan hanya sekedar kecewa tapi juga bilangnya kepercayaan ya