Esok paginya Dias sudah kembali sehat seperti biasa. Bahkan sebelum Kalila bangun, lelaki itu sudah terlebih dulu ke dapur, membuatkan sarapan sederhana untuk mereka berdua. Roti bakar dan secangkir coklat panas. “Kenapa bangun pagi sekali?” Kalila yang bangun terakhir langsung menghampiri suaminya. “Seharian kemarin istirahat, makanya bangun lebih awal.” Balasnya dengan senyum dan mengecup singkat kening Kalila. “Sekalian juga mau buat sarapan untuk istri tercinta yang sudah merawatku dengan baik.” Kalila tersenyum samar. “Sudah menjadi tugasku.” “Ayo, sarapan dulu,” ajak Dias, menarik tangan istrinya menuju meja makan. “Aku nggak pandai memasak sepertimu, jadi hanya buat sarapan yang sederhana saja. Sangat sederhana lebih tepatnya.” Ia menyodorkan piring berisi roti bakar dengan