POV Adam + Ilana + Rivan Rifani berlari menjauh, aku terdiam menatap kepergiannya. Air mata yang kembali jatuh kuusap cepat. Rasa sesak menelusup ke dadaku. Aku yang tadinya begitu benci padanya karena berpikir dia telah mengkhianatiku, kini kebencianku lenyap tak bersisa. Menyisakan sesal yang membuat dadaku sesak. Sangat sesak. Walau aku sudah melupakannya, tapi tetap saja mengetahui kebenarannya terasa sangat menyakitkan bagiku. Aku merasa begitu jahat. Begitu egois. Maafkan aku, Rifani. Yang tak mau mendengarkan penjelasanmu sama sekali. Maaf. Tapi seperti yang kamu katakan, kita sudah memiliki jalan sendiri-sendiri. Kedepannya, aku tidak boleh kembali gegabah, mengambil keputusan pada saat marah. Aku menghela napas panjang. Lagi dan lagi. Sudahlah. Sesal tidak akan mengembalikan