POV Ilana "Mas yakin gak mau turun?" tanyaku saat mobil berhenti di bibir jalan depan sebuah plang putih bertulis Bidan Inawati. Mas Adam memandangku, lalu menggelengkan kepala. "Mas sepertinya gak ingin aku sampai hamil," kataku, terang-terangan menunjukkan raut kecewa. Rasa pedih menelusup ke dalam benakku. Aku menghela napas panjang mencoba mengusirnya. "Lebih tepatnya, Mas tidak ingin kecewa. Aneh sekali masa Mas mual-mual entah sakit apa, tahu-tahu adik hamil. Itu hal yang aneh, Sayang. Tidak masuk logika dan jelas tidak mungkin." Aku menggelengkan kepala, menyerah membujuknya. Segera saja aku membuka pintu lalu turun dengan cepat. Tanpa mengatakan apa pun lagi aku berjalan ke halaman di mana beberapa motor terparkir. Sebelum masuk, aku mengusap air mata yang jatuh di pipi. Tamp