POV Ilana Ucapan Mama membuatku tambah sedih. Aku turun lalu memijit-mijit tengkuk suamiku, dia terus muntah-muntah padahal dia hanya makan buah saat sarapan tadi. Melihat wajahnya yang begitu pucat, mataku tiba-tiba menghangat. Aku mengusap cepat air mata yang bergulir turun karena tak ingin menunjukkan pada suamiku bahwa aku sedang sangat sedih sekarang. Perasaanku nano-nano penuh praduga buruk. "Mas tidak papa, Sayang," kata Mas Adam sambil mengusap pelan kepalaku. "Perut Mas sakit banget, ya? Obatnya benar-benar gak berfungsi ya, Mas? Apa gak ngurangin sakitnya sama sekali, Mas?" tanyaku menatapnya cemas. Padahal tadi pagi setelah sarapan buah ia sudah minum obat, semalam sebelum tidur juga minum obat, tapi tak ada perubahan berarti. Suamiku tetap saja muntah-muntah. Sebenarnya dia