bab.4b

840 Kata
Hari ini giliran Raka yang mengunjungi kediaman ichel, rumah mewah tapi dibuat wanita itu sesederhana mungkin. Raka pernah mendengarnya, ini rumah yang dihasilkan dari jerih payah nya sendiri sejak kuliah. Tapi wanita itu terus bilang bahwa rumah ini bukan miliknya karena tanpa campur tangan orangtua dirinya tak mungkin bisa membeli rumah ini, rumah yang sering disebutny tak mewah sama sekali. Raka merasakan kegugupan yang bukan main tengah melanda dirinya, bahkan pria itu dapat dengan jelas mendengar suara degupan jantung nya dari luar. Untungnya ichel tidak sedang bersama nya, ia tak mau wanita itu meledek nya habis-habisan. "Ayo cepet, kak Raka." Ucap Rahel yang kesal setengah mati menunggu Raka masuk kedalam rumah calon wanita masa depan nya. Bahkan papah dan mamah nya ikut untuk meminta izin meminang ichel hari ini. Raka memang belum bilang perihal kapan ia akan menikahi ichel, karena ini akan menjadi kejutan bagi semua orang. Setelah mendapat sedikit ketenangan, kaki Raka segera melangkah kedepan ketika sang bibi yang sedari tadi telah membukakan pintu rumah ichel. Padahal dirinya sudah terbiasa bertemu dengan investor dan beberapa pejabat, tapi kenapa sekarang jiwanya menciut ketika hendak bertemu calon mertua. Akhirnya setelah beberapa puluh menit menyita waktu Raka dan kedua orang tua ichel mengadakan lamaran serta tatap muka, dimana kedua orang tua ichel mewawancarai Raka sendirian. Tentang bagaimana dirinya mengenal anak mereka, mencintai dan mengasihi anak mereka. Raka juga diuji dengan pertanyaan-pertanyaan yang jujur sedikit menjebak nya. Untung nya ia mengambil banyak keputusan yang disukai kedua orang tua calon istrinya. Rahel mencolek kakak nya, seakan ingin menunjukan tontonan yang menarik padanya. Raka yang peka akan hal itu, segera melirik ke tangga rumah Ichel yang dekat dengan ruang tamu keluarga mereka. Betapa terkejut nya Raka ketika melihat sang kekasih berada disana dengan gaun indah yang melekat ditubuh putih wanita itu. "Sahabat ku, cantik sekali." Ujar Rahel kegirangan melihat Ichel. "Kakak ipar Rahel, panggil dia kakak ipar! Dan lagi, dia memang sangat cantik." Ucap Raka tanpa mau melepaskan matanya dari Ichel. Raka yang menyadari dirinya tak kuat ingin bermain dengan wanitanya, pria itu mulai izin dengan kedua orang tua untuk mengobrol ditaman belakang bersama Ichel. Setelah mendapat izin dan mendapatkan sedikit ejekan dari orang rumah, Raka berjalan sembari menggandeng tangan wanitanya tanpa rasa malu lagi, toh sebentar lagi nikah dan sudah dapat restu. "Kenapa ketaman belakang sih?" Tanya ichel kebingungan. Bukan nya menjawab Raka malah semakin menggenggam kedua tangan Ichel seakan tak mau wanita itu pergi dari sisinya. "Apa yang kamu suka dariku?" Tanya Raka tiba-tiba. Ichel mengangkat satu alisnya bingung, kenapa mendadak sekali lelaki dihadapan nya bertanya suatu hal yang jarang dibahas mereka ketika bersama. "Hm.." Ichel mulai berfikir. "Jujur awalnya aku gak suka kakak, tapi lama kelamaan karena dibikin meleleh ya jadi suka. Terus makin lama makin cinta." Jawab ichel seadanya. "Hanya itu?" Tanya Raka kembali. Ichel mengangguk, sedikit bingung apa yang sedang direncanakan oleh Raka kali ini. Ia mencium sesuatu yang tidak beres dari sini. "Kakak kenapa sih?" Tanya Ichel yang melihat Raka sedang kesal sendiri. "Gak apa-apa, cuma mau tau apa kamu bisa merelakan sesuatu yang mungkin penting untuk seseorang yang kamu cintai." Ujar Raka yang membuat Ichel semakin kebingungan. "Raka, Ichel ayo masuk!" Ujar papah Raka memanggil mereka untuk masuk kedalam karena ada satu hal penting yang harus dibahas lagi. Semuanya sudah berkumpul diruang makan. "Mau makan pake apa?" Tanya Raka pada ichel sembari tersenyum. Ichel sedikit terkejut bercampur rasa malu, melihat beberapa orang dihadapan nya yang sedang menahan tertawaan mereka. Bagaimana tidak? Harusnya yang bertanya kalimat 'mau makan pake apa?' itu Ichel, bukan Raka sebagai seorang pria. "Anak kamu bucin sayang." Bisik mama Raka pada sang papah. Para orang tua hanya bisa bertukar senyum kala itu, begitupun rahel yang hanya bisa menggeleng-geleng kepala. "Jadi sekarang, kita akan sekalian menentukan tanggal pernikahan sesuai yang dijanjikan sebelum nya." Ucap papah dari Raka. Semua nya mengangguk, walau ichel belum lulus kuliah. Mungkin ada baik nya untuk melakukan persiapan lebih dulu, apalagi memungkinkan karena sebentar lagi Ichel akan lulus kuliah. "Jadi dimulai dari calon nya dulu, Raka dan kamu kak ichel. Kalian mau saran tanggal dan bulan berapa untuk tahun depan?" Tanya papah dari Ichel. Ichel mengangkat bahunya, seakan mempersilahkan Raka untuk memberi saran. "Raka sih mau nya seminggu lagi, tapi karena persiapan yang tidak memungkinkan bagaimana kalau sebulan?" Tanya Raka dengan polosnya. *** Epilog Kemaren saat diadakan pertemuan mendadak, rekan bisnis nya menceritakan pengalaman nya menikah. "Iya, rasanya lucu aja bisa buat anak." Ujar Regan salah satu mitra bisnis dari Raka. Raka semakin tertarik untuk menikah, apalagi dirinya yang tak bisa membayangkan apa yang akan dilakukan nya ketika ia dan Ichel hanya berduaan. Mungkin karena faktor umur yang seharusnya sudah mendapat belaian dari sang istri kini malah masih harus mengingatkan diri sendiri untuk makan. Raka akan memantapkan tanggal pernikahan dihari lamaran nya besok, ia harus mendapatkan ichel dengan cepat sebagai istrinya. Satu-satu nya wanita yang akan ia cintai selama nya setelah sang ibu. Wanita yang tak akan dilepasnya apapun yang terjadi. "Aku sangat mencintainya." Ucap Raka memantapkan nya dalam hati. *** Spoiler "Gimana rasanya malam pertama sama aku?" Tanya Raka menggoda ichel Dengan wajah bersemu merah, wanita dihadapan Raka ini bahkan semakin terlihat menggemaskan. Dengan sedikit kekuatan yang dikeluarkan Raka untuk menjaga stamina nya tetap kuat hingga besok pagi, tangan Raka dengan lihai membuka gaun pernikahan ichel, sembari bibirnya yang bahkan hampir sampai di belahan......
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN