24. Prasangka.

1828 Kata

Sore itu, Uma duduk di tepi ranjang apartemen. Pandangannya tertuju pada uang upah harian yang ia letakkan di atas meja rias. Tubuhnya terasa remuk redam setelah seharian bekerja. Ponselnya bergetar. Nama Arumi muncul di layar. Uma menarik napas panjang sebelum mengangkatnya. “Umaaa, aku kangen banget. Kamu di apartemen, kan? Aku boleh mampir ke sana?” suara Arumi terdengar ceria. Uma menepuk kening. Benar, hari ini Sabtu. Arumi memang sudah berjanji akan mengunjunginya. “Aduh, Rumi… maaf ya. Aku lagi di luar sama Ibu. Kayaknya pulangnya agak malam,” Uma buru-buru mencari alasan. “Oh gitu… ya sudah deh. Aku ke apartemen besok saja, ya? Aku beneran kangen ngobrol sama kamu. Oh ya, ini sudah tanggal satu, aku transfer dana untukmu ya?" "Tidak usah, Rum! Mulai hari ini jangan mengirim u

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN