Suara di seberang sana sempat hening beberapa detik, lalu Tini berseru kaget, “Bu Uma… serius? Ibu mau ikut kerja menjadi ART paruh waktu?” Uma tersenyum getir. “Iya, Tin. Saya tidak punya pilihan lain saat ini. Saya harus punya penghasilan. Tidak mungkin saya terus-terusan mengandalkan orang lain. Kalau kamu dan Mbok Jum bisa menolong, saya akan sangat berterima kasih.” Tini terdengar menarik napas panjang, lalu menjawab, “Bisa, Bu. Kebetulan di komplek tempat kami bekerja masih ada beberapa rumah yang membutuhkan ART paruh waktu. Kalau Ibu mau, saya bisa langsung bicara pada nyonya rumah masing-masing.” Rasa haru menyelubungi hati Uma. Ia tak menyangka jalan keluarnya akan semudah ini. “Terima kasih ya, Tin. Saya benar-benar berutang budi padamu dan Mbok Jum.” “Ah, jangan begitu, Bu