Uma berjalan dengan langkah sempoyongan. Bekerja tiada henti dari pagi buta hingga malam, sungguh menguras energinya. Yang ada di pikirannya saat ini adalah mandi dan tidur. Langkah Uma terhenti mendadak ketika sebuah bayangan menghadangnya di depan lift. Jantungnya berdegup kencang begitu menyadari siapa yang berdiri di sana. “Mas Genta…” suaranya tercekat. Pemuda itu menatapnya tajam, sorot matanya penuh tanya. “Siapa pria yang tadi mengantarmu, Uma?” Uma menunduk sejenak, menahan napas. Genta melihatnya pulang diantar Pak Rafly rupanya. Ia bisa saja berkata jujur agar Genta tidak salah paham. Tapi mengingat bahwa ia harus membuat Genta benci dan menjauh darinya— ia memilih berbohong dengan cara paling menyakitkan. “Itu… Mas Rafly, majikan baruku. Duda anak tiga," jawabnya datar. “Ak