18. Titik Terang.

1670 Kata

Pagi itu, udara masih dingin saat Uma mengetuk pintu rumah sederhana Pak Alwi. Jam di pergelangan tangannya menunjuk pukul enam pagi. Perkiraannya Pak Alwi belum berangkat kerja. Pintu dibuka seorang perempuan paruh baya dengan wajah ramah. "Eh, Bu Uma?” Bu Sulis, istri Pak Alwi, tampak kaget melihat kehadiran Uma. Ia sudah mendengar banyak soal Uma dari suaminya. “Ayo, masuk dulu, Bu. Ira, bikinin teh hangat untuk Bu Uma ya.” Uma masuk dengan wajah letih, matanya masih bengkak. Tak lama, Pak Alwi keluar dari kamar, sudah rapi dengan kemeja putih dan celana kain. “Bu Uma?” Ia menatap terkejut, lalu buru-buru mendekat. “Ada apa Ibu pagi-pagi ke sini? Jika ada yang ingin Ibu tanyakan, kan bisa menelepon saya saja." Uma tersenyum kecil. “Saya mencegah kemungkinan Bapak ketahuan berkomun

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN