Mendengar penuturan gadis muda di hadapannya, Marisa cuma bisa senyum dan mengaduk gelas jusnya. “Siapa yang menyuruhmu melakukan ini? Mario? Mama Nani?” Melani terdiam. Mantan kakak iparnya ini wanita yang cerdas, dia nggak mudah dihasut dan mengubah pendiriannya. Tapi dia juga nggak mau mengakui kalau apa yang dia lakukan sekarang ini karena disuruh sesesorang. “Tidak siapapun. Mela bilang begini karena Mela kangen sama Teteh. Dulu kita deket banget, sampai sering jalan bareng dan Mela sering curhat sama Teteh. Mela kehilangan momen kayak gitu.” Marisa mendesah. “Kalau kamu kangen, kan bisa nelepon atau chat Teteh kayak kemarin. Biasanya juga gitu, kan? Terus kita bisa ketemuan kayak sekarang. Nggak harus sampai Teteh jadi istri Mario lagi.” “Teteh sudah nggak cinta lagi sama Aa? Su