Dokter muda itu mendengarkan penjelasan rekan sejawatnya dengan saksama. Amplop cokelat ditangannya masih dia pegang sejak dikembalikan oleh dokter yang dulu pernah merawat Marisa. “Sebenarnya ini info rahasia, tapi karena lu bilang dia temen lu, jadi yaa … kita bicara profesional saja, ya. Anggap ini tentang pasien kita,” Ridho melanjutkan pembicaraan mereka. Ardian mengangguk. Jemarinya mengetuk meja di hadapannya. “Jadi dia vaginismus?” “Infonya begitu. Dokter Robby yang merawatnya langsung.” “Derajat berapa?” “Kalau nggak salah empat. Tapi sudah sembuh waktu dia ikut program bayi tabung. Katanya rajin dilatasi mandiri.” “Dan hasil pemeriksaan organ reproduksinya, semua sehat?” “Indung telurnya sempurna. Dia siap dibuahi kapan pun dan nggak perlu ikut program bayi tabung kalau sa