Bara melakukan perjalanan malam itu juga. Pukul sepuluh malam, kereta sudah meninggalkan stasiun Pasar Senen, Jakarta. Pukul tiga dini hari, ia sudah sampai di stasiun tujuan. Menggunakan taksi, ia lanjutkan perjalanan menuju rumah Bude Retno. Rasanya sudah tidak sabar untuk meminta maaf, dan memeluk tubuh mungil si istri kecil. Sampai di depan rumah, ia turun dari taksi setelah membayarnya. Perasaannya tak menentu. Ia pencet bel di samping pintu berwarna cokelat tua di depannya. Tak lama, pintu terbuka. Sang rival-lah yang membukanya. "Bertamu nggak inget waktu!" cibir Ibra. "Di mana istri gue?" "Tidur. Lagian, lo sadar, nggak, ini jam berapa?" Meskipun tinggal di kota bagian dari Jawa Tengah, setiap kali mengobrol dengan Bara, Ibra selalu menggunakan lo-gue. Karena saudara mereka m