Alvin menatap malas pada dua orang wanita yang sedang berbincang dengan begitu akrab. Disampingnya ada Dimas yang dengan santainya meminum kopi di hadapannya. Seperti tanpa beban dan kekhawatiran karena baru saja mengajak istrinya ke medan perang. “Sejak awal perasaan gue yang tidak setuju lo menjadi suami adik gue ternyata memang benar, lihat yang lo lakukan sekarang?” Dimas tersenyum mendengar kalimat menyebalkan dari kakak iparnya itu. “Kakak ipar, bahkan ketika kami baru mendarat di Bandara belum ada satu jam, istri gue yang cantik itu sudah mengalahkan seorang laki-laki. Lo masih meragukan kemampuannya?” Ucap Dimas santai kemudian kembali menyeruput kopinya membuat Alvin semakin kesal. “Kalian berdua sama-sama menyebalkan, menjengkelkan dan tidak bisa diatur. Itulah kenapa kalian