05. Kekhawatiran Papa

1088 Kata
            Kedatangan keluarga Kinan disambut baik oleh Pak Karta dan juga Ibu Ana sebagai kepala pemilik asrama, mereka berdua benar-benar ramah kepada keluarga Kinan mengingat bahwa Daffa selaku sang kepala keluarga juga merupakan teman lama dari Karta sendiri.             Walaupun mereka sudah cukup lama tidak bertemu karena sudah berbeda kota, keduanya adalah teman baik ketika masa Sekolah Menengah Atas bahkan jika diingat mereka juga sempat menjadi rival dalam beberapa olimpiade, tapi tentu tidak membuat persahabatan Karta dan juga Daffa jadi hancur hanya karena persaingan tersebut. Di waktu dulu mereka justru membangun persahabatan yang lebih erat sejak adanya persaingan itu, jika lomba diadakan untuk dua orang maka keduanya akan bisa lanjut untuk membawa nama sekolah, namun jika hanya salah satu yang dibutuhkan maka mereka akan melewati seleksi dengan jujur dan menerima siapa pun yang nantinya akan terpilih sebagai perwakilan dari sekolah.             Persahabatan Karta dan juga Daffa dulunya sesehat itu.             Keduanya masuk ke dalam ruang tamu keluarga Kartapati untuk membicarakan maksud dan tujuan kedatangan keluarga Kinan kemari. Sebelumnya Daffa memang sudah memberitahukan tentang hal ini lebih dulu, setidaknya untuk mengabari dari awal dan bertanya kepada Karta apakah masih ada kamar kosong yang bisa Kinan tempati nantinya dan waktu itu Karta berkata bahwa masih ada satu kamar kosong dan tidak akan dia sewakan kepada siapa pun sampai nanti Daffa akan datang.             Dan hari ini akhirnya terealisasi.             Karta dan Daffa sempat mengobrol sebentar untuk basa-basi karena sudah lama mereka tidak bertemu secara langsung seperti ini, pun dengan Anti yang merupakan Ibu dari Kinan dan juga Ana yang sempat membicarakan beberapa hal terkait asrama. Kinan menjadi pihak yang mendengarkan saja dan mengamati apa yang sedang dilakukan oleh kedua orangtuanya.             “Ki, coba kamu kenalin diri dulu soalnya teman Papa ini sama istrinya kan belum kenal kamu loh, ayo kenalan dulu,” ujar Daffa pada anak gadisnya tersebut. Anti yang kebetulan ada di sebelah Kinan mengusap pundak gadis itu untuk memberi dukungan agar dia tidak malu-malu, sebab wanita itu tahu bahwa hal seperti ini akan selalu menjadi sesuatu yang terasa canggung untuk dilakukan oleh Kinan.             Di lomba-lomba biasanya, Kinan tidak pernah secara langsung memperkenalkan dirinya seperti ini, karena akan selalu ada papa yang akan menjadi juru bicaranya. Kinan terlalu malu untuk melakukan hal semacam ini, namun sejak awal kepergian mereka sang papa sudah memberitahu bahwa asrama yang kali ini dia tempati adalah milik teman papanya, jadi Kinan harus bisa menjaga sikap lebih baik daripada sebelumnya.             Akhirnya Kinan yang memang tahu bahwa hal ini harus dilakukan pun menurut. Gadis itu sedikit menundukkan tubuhnya untuk memberi salam secara sopan kepada orang yang lebih tua. “Halo, Pak Karta dan Ibu Ana. Perkenalkan aku Kelana Kinanti anak dari Papa Daffa dan Mama Anti yang akan tinggal selama beberapa bulan di sini, mohon bantuannya ya selama aku di sini nanti.” Di akhir kalimatnya Kinan mengulas senyum samar, yang jelas sekali masih terkesan canggung namun dia berusaha memberikan yang terbaik sebisanya, untungnya perkenalan singkat itu disambut baik oleh semua orang yang ada di ruangan ini.             Dengan Kinan yang sudah mau memperkenalkan dirinya sendiri saja sudah merupakan kemajuan yang sangat baik, sebab biasanya dia paling tidak mau melakukan hal semacam ini. Tetapi Daffa dan Anti tahu bahwa anak gadis tunggal mereka itu sudah lebih dewasa daripada sebelumnya, dia pasti sudah tahu apa yang harus dan tidak harus untuk dia lakukan di usianya yang sekarang.             Selama beberapa saat dihabiskan dengan bertukar kabar dan juga berbagai cerita-cerita kecil, akhirnya Daffa mulai serius untuk menyampaikan tentang perpindahan Kinan selama tiga bulan di asrama ini. Dia akan memberitahukan semuanya dari awal dan lebih rinci dari apa yang sudah dikatakannya lewat telepon kepada Karta beberapa hari lalu.             “Jadi, sebenarnya kedatangan kami ke sini ini memiliki maksud sama seperti yang sudah aku beri tahu kepadamu lewat telepon waktu itu, Karta,” Daffa mengawali, mulai berbicara dengan serius kepada sang sahabat. “Anakku ini sangat aktif dalam bermusik apalagi piano, kegiatan ini adalah hobi serta mimpi yang Kinan punya dan aku bersama Anti selaku orangtuanya tentu mendukung segala hal yang dia inginkan asal tujuannya baik.             “Sejak dulu Kinan memang sangat aktif menjadi pianis, dia juga sering mengikuti lomba di dalam negeri dan juga luar negeri ketika waktunya memang mencukupi. Nah, tiga bulan lagi ada festival cukup besar di Jakarta yang juga menggelar lomba untuk para pianis dan Kinan ingin mengikuti itu.             “Dia sudah berlatih selama dua bulan sebelumnya dan seperti biasa, tiga bulan sebelum pertunjukkan dimulai Kinan akan mulai mengungsi ke salah satu tempat di kota yang mengadakan lomba tersebut agar lebih mudah baginya menjalani segala rangkaian pendaftaran sampai perlombaan nanti.”             Dari sepenggal kecil cerita yang Daffa beri tahu saja sudah mampu membuat Karta dan Ana saling memandang takjub, Kinan memang bukanlah anak biasa karena dia dilahirkan dengan segudang bakat apalagi jika sudah berhubungan dengan piano. Jari-jemari lentiknya akan mengantarkan setiap orang ke pertunjukkan yang menakjubkan di mana Kinan sendiri yang akan menjadi pemandunya dalam setiap alunan melodi yang dia mainkan.             Daffa pun kembali melanjutkan. “Ketika masih kecil, biasanya akan ada aku atau Anti yang menemani selama tiga bulan itu. Tapi sejak dua lomba sebelumnya, Kinan sudah meminta untuk dilepas seorang diri karena dia merasa sudah dewasa dan bisa menjaga diri sendiri. Katanya sih dia nggak mau mengganggu pekerjaan orangtuanya. Tapi, aku sadar kalau anakku itu memang sudah dewasa tanpa pernah aku sadari.             “Aku ingat bahwa kamu memiliki asrama di Jakarta dan aku mengetahuinya lewat postinganmu, kebetulan gedung tempat Kinan berlomba nanti tidak jauh dari sini, maka dari itu aku meminta bantuanmu untuk menampung Kinan selama tiga bulan ke depan. Setidaknya aku tidak akan khawatir karena aku mengenalmu, Karta. Aku tahu anakku akan baik-baik saja di bawah pengawasanmu.”             Sang papa yang hari itu menjadi juru bicara lantas menjelaskan dengan amat rinci tentang kedatangan mereka kemari hingga membuat dua pemilik asrama itu paham. Karta dan Ana pun dapat menangkap dengan jelas setiap poin yang Daffa jelaskan, tentu mereka berdua akan dengan senang hati menerima Kinan di asrama ini dan akan menjaga gadis itu seperti putri mereka sendiri. Mereka senang sekali jika Kinan memang ingin tinggal sementara waktu di asrama milik mereka selama masa perlombaan akan berlangsung.             “Kamu tenang saja, Daffa. Aku akan menjaga anakmu dengan baik dan tentu aku dan Ana akan menerimanya sebagai penghuni asrama yang baru.” Karta berjanji kepada Daffa bahwa dia akan menjaga putrinya dengan amat baik dan memastikan bahwa Kinan akan selalu baik-baik saja selama masa tinggalnya di asrama, pun dengan Ibu Ana yang sudah sempat mengajak Kinan bicara secara langsung untuk membangun keakraban di antara mereka, setidaknya agar Kinan tidak takut jika ingin berbicara dengannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN