45. Pagi Yang Awkward

1339 Kata
Abima adalah penghuni asrama putra yang paling rajin bangun pagi, semua itu telah dibuktikan selama bertahun-tahun jadi tak akan ada yang bisa membantah fakta tersebut, sebab Kelana Abimanyu memang akan selalu menjadi orang yang paling pertama bangun dan melakukan semua kegiatannya entah di hari libur sekalipun. Laki-laki itu sudah terbiasa dengan rutinitasnya tersebut sehingga Abima tidak masalah jika harus bangun pagi di hari minggu sekalipun, namun ada kalanya laki-laki itu juga merasa sangat lelah hingga terlambat bangun, tapi kejadian seperti itu sangat jarang terjadi. Abima adalah seseorang yang cukup disiplin tentang waktu dan juga kesehariannya, walaupun tidak memiliki jadwal tertentu, tapi laki-laki berumur tujuh belas tahun itu selalu tahu apa yang harus dia lakukan di setiap harinya. Senin pagi ini juga menjadi salah satu hari di mana Abima menjadi sosok pertama yang keluar dari kamarnya padahal masih pukul setengah lima pagi, laki-laki itu keluar setelah menyelesaikan ibadahnya. Seperti kebiasaan pada hari-hari sebelumnya, di pagi ini Abima berjalan menuju satu per satu kamar dari penghuni asrama putra yang lain, mengetuk pintu kamar mereka lalu menanyakan hal yang sama. “Hari ini mau dimasakin sarapan sekalian nggak?” tanya Abima kepada satu per satu teman asramanya tersebut. Lalu jawaban yang akan laki-laki itu dapatkan beragam-ragam jenisnya, ada yang meminta untuk disisakan, ada juga yang bilang tidak mau karena dia ingin bangun lebih siang dan tidak perlu sarapan. Lalu setelah mendapatkan semua jawabannya Abima pun segera mempersiapkan dirinya untuk mandi lebih dulu agar membuat dirinya lebih segar. Abima tidak membutuhkan waktu lama untuk mandi lalu bersiap memakai seragam sekolahnya dengan lengkap, begitu sudah selesai membereskan buku-buku yang harus dibawanya hari ini, Abima lantas turun ke lantai satu lalu keluar dari asrama putra menuju dapur utama milik keluarga Kartapati. Lagi-lagi seperti kebiasaannya di hari-hari sebelumnya, Abima akan memasak sarapan pagi. Sebelumnya laki-laki itu sudah bertanya kepada beberapa teman asramanya apakah mereka ingin dibuatkan juga atau tidak, sebab biasanya memang seperti ini. Karena Abima adalah orang yang paling pertama bangun, lalu cukup pintar memasak dan sering membuat sarapan pagi untuknya sendiri, membuat beberapa teman asramanya jadi terbiasa mendapatkan sarapan serupa karena Abima kerap kali menawarkan mereka. Sekarang semuanya seperti menjadi kebiasaan untuk laki-laki itu, bangun pagi lalu bertanya kepada teman-temannya siapa saja yang ingin dibuatkan sarapan kemudian dia akan memasak sesuai dengan porsi mereka yang meminta, namun terkadang Abima juga menyisakan cukup banyak di meja makan karena terkadang ada penghuni dari asrama putri yang juga bangun pagi dan terlalu malas memasak hingga akhirnya meminta jatah sedikit dari Abima. Abima tidak pernah keberatan dengan semua kegiatan itu, dia justru senang karena bisa memasak untuk teman-temannya dan mereka bisa menyukai masakan buatannya. Abima itu tipe orang yang harus makan di pagi hari karena jika perutnya kosong ketika pelajaran berlangsung sebelum makan siang dia akan mudah sakit, laki-laki itu memiliki penyakit magh yang cukup parah, untungnya Abima itu juga penyuka makanan maka dari itu dia senang-senang saja jika bisa sarapan pagi. Ibu Ana pernah menawarkan bahwa dia bisa saja memasak pagi-pagi sekali untuk sarapan anak-anak asramanya, tapi mereka semua menolak karena banyak dari mereka yang memang bisa memasak sehingga rasanya bakat itu tidak bisa disia-siakan begitu saja. Mereka juga tidak mau terlalu merepotkan Ibu Ana, jadi memilih untuk masak sendiri. Terkadang Ibu Ana memang memaksa dan mereka hanya tinggal terima jadi saja, tapi hal itu tidak sering karena anak-anak asrama tentu saja menolak. Mereka sudah mendapatkan banyak sekali kemudahan dan rasa nyaman di asrama ini, jadi tak mau semakin merepotkan hanya dengan meminta ibu asrama mereka memasak sarapan di setiap paginya. “Masak apa ya hari ini?” Abima bertanya kepada dirinya sendiri di pagi itu, dia baru saja sampai di dapur dan memperhatikan isi kulkas yang untung saja penuh dengan berbagai macam bahan-bahan makanan. “Ini masih pagi dan hari ini gue nggak ada tugas atau apa pun yang nunggu di sekolah, jadi kayaknya yang simpel aja deh, nasi goreng sama omelet aja kali ya?” tanyanya lagi kepada diri sendiri. “Oke! Kita buat itu aja.” Abima meletakkan ranselnya di salah satu kursi dapur, menarik lengan bajunya ke atas dan memulai untuk membuat sarapan paginya. Laki-laki itu terlihat enjoy dengan keheningan yang menemaninya, walaupun hanya terdengar bunyi dari alat-alat masak yang sedang dia gunakan, Abima tetap merasa nyaman sendirian di dapur sepagi ini. Sekali lagi harus dikatakan, dia sudah terbiasa, jadi pagi hari seperti ini adalah hal yang sudah sering terjadi dalam hidupnya. Sekitar dua puluh menit kemudian, Abima berhasil menyelesaikan masakannya untuk beberapa porsi tersebut. Laki-laki itu menyelesaikannya dengan cepat karena makanan yang dia buat juga tidak termasuk yang sulit untuk dimasak. Melanjutkan kegiatannya, Abima segera menyentong nasi untuk dirinya sendiri dan kemudian makan dengan tenang di meja makan seorang diri. Ditemani beberapa tayangan lucu dari youtube, Abima bisa menikmati sarapannya di pagi itu sebelum berangkat ke sekolah. Di sela-sela sarapan pagi Abima yang sudah hampir habis, tiba-tiba saja ada kehadiran orang lain di dapur yang tidak Abima perkirakan sebelumnya. Tadinya Abima pikir bahwa sosok gadis yang datang itu adalah Kak Cya karena biasanya gadis itu yang paling sering bangun lebih awal di asrama putri dan sering mengunjungi dapur sepagi ini juga sama seperti Abima. Baru saja dia ingin menyapa, ketika menoleh Abima justru dibuat terkejut karena seseorang yang dia temukan di daun pintu dapur bukanlah Kak Cya melainkan Kinan, Kanala Kinanti si penghuni baru dari asrama putri. Kinan yang baru datang sontak terkejut dan membeku di tempatnya berdiri saat ini, gadis itu benar-benar tak menyangka bahwa ada orang lain di dapur sepagi ini, apalagi orang itu adalah laki-laki yang baru bertemu dengannya beberapa jam lalu. Dari semua penghuni asrama Kartapati, laki-laki ini adalah sosok terakhir yang dia lihat wajahnya karena para penghuni lain bilang bahwa sebelumnya dia sempat pulang ke Bandung—kota tempatnya lahir—karena ada hal penting yang harus dia lakukan di sana. Niat hati Kinan datang ke dapur adalah karena dia ingin memakan beberapa camilan pagi, Kinan memang terbiasa makan di pagi hari walaupun bukan termasuk ke dalam makanan berat, tapi gadis itu suka sarapan pagi. Lalu dia sengaja datang sepagi ini ke dapur karena pikirnya pasti tak akan ada penghuni lain yang sudah bangun, Kinan masih belum terbiasa berpapasan dengan mereka sehingga memilih jam sepagi ini. Tapi siapa sangka bahwa dia justru bertemu dengan Abima sekarang. Abima yang pada saat itu baru saja menyelesaikan sarapannya dan baru berniat bangun untuk mencuci piring pun kebingungan harus melakukan apa, melihat Kinan yang hanya diam saja di sana dan tidak melanjutkan apa yang ingin dia lakukan membuat Abima harus berpikir lebih keras untuk mengatakan sesuatu agar gadis itu segera sadar dari keterkejutannya. “Gue ... masak nasi goreng sama omelet pagi ini, masih ada sisa di bawah tudung saji, Biasanya anak-anak asrama tinggal makan aja kalo mereka mau karena gue memang buatin untuk mereka, kalo seandainya lo juga mau ... lo bisa ambil, ya,” Abima mengatakan semua itu dengan terbata-bata, jujur saja dia masih sangat awkward jika harus berhadapan secara langsung dengan Kinan berdua saja. Laki-laki itu belum mempersiapkan dirinya untuk bisa berkenalan dengan baik, melihat dari reaksi Kinan saat ini juga membuat Abima yakin bahwa gadis itu belum siap berkenalan dengannya, sebab dia masih sangat terkejut sekarang. Hingga pada akhirnya, Abima buru-buru untuk membereskan bekas makannya, dia bahkan langsung menaruh piring kotornya di tempat cucian tanpa mencucinya lebih dulu, sebab Abima tahu jika dirinya tidak segera pergi mungkin Kinan akan tetap terdiam saja di sana entah sampai kapan. Maka dari itu Abima buru-buru pergi agar Kinan bisa melanjutkan apa yang dia lakukan, urusan piring kotornya dia bisa meminta tolong salah satu penghuni asrama putra untuk mencucikannya nanti. Yang paling penting adalah Abima harus pergi dulu dari sini. “Gue ... pergi dulu.” Abima tidak tahu mengapa dia harus memberitahu kepada gadis itu bahwa dia akan pergi ke sekolah, tapi Abima merasa bahwa harus mengkonfirmasi hal itu agar Kinan bisa segera bernapas dengan normal kembali, sebab kentara sekali terlihat bahwa gadis itu sedang menahan napasnya sekarang. Abima segera pergi, meninggalkan Kinan dalam keterdiamannya. Pagi ini adalah pagi paling awkward yang pernah terjadi dalam hidup Abima dan juga Kinan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN