46. Sarapan Dalam Keheningan

1107 Kata
Sepeninggalan Abima di pagi itu, Kinan akhirnya jadi bisa bernapas dengan lega ketika menyadari bahwa laki-laki itu sudah pergi dari dapur utama dan tidak lagi berada dalam jangkauan jarak pandangnya. Jujur saja gadis itu sangat terkejut ketika menemukan sosok Abima di dapur. Ketakutannya datang karena; pertama, dia sempat mengira bahwa Abima adalah hantu, karena pikirnya sangat tak mungkin ada seseorang yang bangun sepagi ini dan langsung sibuk di dapur kecuali Ibu Ana, apalagi ketika melihat perawakannya dia adalah seorang laki-laki, maka dari itu Kinan sempat overthinking dan benar-benar berpikir bahwa Abima memang hantu bahkan gadis itu juga sempat takut selama beberapa detik. Kedua, seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa ini adalah pertemuan pertama Kinan dan Abima ketika mereka hanya berdua saja. Kemarin keduanya memang sudah saling melihat antara satu sama lain ketika makan malam bersama, tapi Kinan bahkan tidak berbicara satu kata pun kepada Abima karena ... ya, untuk apa? Kinan rasa tidak perlu ada yang dibicarakan, sebab dia juga sudah memperkenalkan dirinya lewat grup chat, jadi Abima pasti sudah mengetahui namanya dan Kinan juga mengetahui nama laki-laki itu lewat grup chat yang sama. Itupun Kak Anjar yang memberitahukannya. Ketiga, Kinan hanya merasa bahwa pertemuannya dengan laki-laki itu terjadi dalam kondisi yang amat sangat awkward mengingat bahwa Kinan pun tak melihat adanya tanda-tanda bahwa Abima akan mengajaknya untuk berbicara panjang lebar. Walaupun pada saat itu jarak mereka cukup jauh dan hanya terbatasi dengan remang-remang lampu dapur, tapi Kinan bisa melihat dengan jelas bahwa Abima juga sama gugupnya seperti dia pada saat itu. Jadi, keadaan memang sangat tidak mendukung bagi keduanya untuk berbicara lebih banyak lagi. “Gue pasti tadi kelihatan kayak orang bodoh banget yang malah membatu diem waktu lihat dia, gimana kalo seandainya ketemu lagi? Entah dia pasti bakalan menghindar dari gue atau ngeledekin gue yang diem aja waktu lihat dia ....” Kinan mulai berpikir yang tidak-tidak tentang dampak pertemuan di pagi ini. Gadis itu masih belum tahu bagaimana karakter Abima yang sebenarnya, karena laki-laki itu adalah orang terakhir yang terlambat Kinan kenali. Kinan jadi takut, bagaimana jika seandainya laki-laki itu akan menceritakan kejadian ini kepada para penghuni asrama yang lain dan berakhir malah membuat Kinan jadi terkena ledekan selama berhari-hari? Astaga, membayangkannya saja sudah membuat Kinan takut. Dia sangat tidak suka menjadi pusat perhatian apalagi dalam hal semacam ini, jadi sudah bisa dipastikan Kinan pasti akan semakin menjauh jika hal itu sampai terjadi. Sekarang dia hanya bisa berharap bahwa Abima tidak akan buka mulut perkara apa yang terjadi di hari ini. Padahal kenyataannya sudah pasti Abima akan bercerita kepada beberapa penghuni asrama putra, tapi dia tidak akan menceritakan versi aslinya melainkan dalam versinya sendiri. Sekarang Kinan yang masih berada di dapur jadi bingung sendiri. Niat hati datang sepagi ini ke dapur adalah karena dia ingin sarapan lebih awal agar tidak perlu berkumpul dengan anak-anak yang lain ketika sarapan pagi nanti. Kinan masih merasa asing dan belum terbiasa dengan sifat semua anak asrama yang terlalu friendly, dia tidak pernah menghadapi orang-orang dengan karakter seperti itu sebelumnya sehingga gadis itu jadi kewalahan dan kebingungan sendiri. Tidak perlu terburu-buru, Kinan juga masih baru di sini. Bukan maksud menghindar, tapi Kinan juga masih butuh untuk membiasakan dirinya dengan lingkungan ini, Kinan harus membiasakan dirinya untuk terbuka dengan yang lain. Tapi, tentu saja hal itu tidak bisa dengan mudah dilakukan olehnya, karena hal semacam ini termasuk baru, jadi Kinan perlu mengumpulkan energinya lebih banyak agar bisa berbaur dengan leluasa, Kinan harus meyakinkan dirinya sendiri lebih dahulu sebelum benar-benar melakukan hal itu. Kinan biasa sarapan dengan cemilan-cemilan kecil terkadang memang makanan berat tapi itu jarang sekali. Tadinya dia hanya ingin membuat cereal, tapi teringat bahwa Abima baru saja menawarkannya nasi goreng dan juga omelet yang sudah laki-laki itu buat sendiri dan dia sisihkan untuk anak asrama yang lain, Kinan jadi penasaran bagaimana rasa masakan buatannya. Wajar saja Kinan penasaran, laki-laki yang pintar memasak merupakan sesuatu yang baru untuk gadis itu. Sejauh ini teman-temannya hanya dari kalangan pianis saja dan Kinan memang tidak pernah berkenalan lebih jauh dengan mereka sehingga dia kurang tahu apa yang mereka kuasai. Tapi pagi ini, setelah melihat Abima berada di dapur sepagi ini dan berkata bahwa dia memasak lalu menawarkan Kinan jika memang ingin mencicipinya, membuat Kinan lantas benar-benar penasaran dan jadi ingin menyoba masakan dari laki-laki itu. “Gue jadi penasaran gimana rasanya,” gumam Kinan, tungkai gadis itu pun melangkah pelan mendekati meja makan. Kinan segera mengambil piring dan duduk di salah satu kursi dapur, membuka tudung saji dan cukup terkejut ketika menemukan cukup banyak nasi goreng yang Abima sisakan beserta dengan omeletnya. “Sebenernya dia masak berapa banyak sih ... kok ini tempat nasi sampai penuh?” Kinan kebingungan sendiri, dia masih tak tahu apa-apa soal anak-anak di asrama ini dan sekarang jadi bertanya-tanya, apakah mungkin Abima memang sering membuatkan sarapan untuk mereka atau sebenarnya apa yang terjadi? Mungkin Kinan bisa bertanya nanti ketika mereka sudah cukup dekat, itupun ‘jika mereka memang sudah dekat’, kalau tidak ya berarti pertanyaan itu akan terus bersemayam di dalam kepala Kinan tanpa bisa terjawab. Namun, Kinan tidak lagi begitu mempedulikan fakta sebanyak apa sisa dari masakan laki-laki itu, yang Kinan lakukan justru mengambil satu centong nasi goreng untuk dipindahkan ke piring miliknya lalu menambah potongan omelet. Tanpa basa-basi Kinan segera melahap suapan pertama untuk mencicipi masakan Abima dan kedua bola matanya langsung terbelalak ketika bisa merasakan cita rasa dari nasi goreng tersebut. Ini hanya nasi goreng yang tentu banyak dijual diluaran sana, rasanya memang tidak seenak di restoran mahal, tapi jujur saja masakan Abima sangat cocok dengan selera Kinan dan bisa Kinan katakan bahwa nasi goreng dan omelet ini amat sangat enak. Bahkan saking enaknya, Kinan sampai tak sadar bahwa dia menambah satu centong lagi sebelum akhirnya menutup tudung saji karena takut khilap menghabiskan semua makanan itu. Kinan menikmati sarapan paginya dalam keheningan, ini masih jam lima lewat sepuluh pagi dan Kinan berada seorang diri di dalam dapur utama milik Kartapati, tapi gadis itu bisa menikmati sarapan paginya dengan nyaman tanpa merasa terganggu oleh apa pun. Di dalam hatinya Kinan justru sudah bertekad bahwa dia akan berterima kasih kepada Abima jika punya kesempatan dan dia akan memuji hasil masakan Abima yang enak ini, karya yang enak seperti ini memang pantas mendapatkan pujian dan Kinan akan memberikannya kepada Abima secara gratis nanti. Pasti menyenangkan jika mereka bisa dekat, Kinan sangat suka dekat dengan orang-orang yang pandai dalam beberapa hal, terutama jika Kinan juga memiliki minat yang sama di bidang itu. Memasak adalah salah satu hobinya sehingga Kinan jadi penasaran dengan Abima dan ingin sekali mengorek informasi bagaimana bisa laki-laki sepertinya bisa pandai memasak? Baiklah, Kinan akan mengutarakan semua pertanyaan itu nanti—jika dia memiliki kesempatan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN