47. Sosok Pengertian

1119 Kata
“Lho, Kinan, kamu abis dari mana pagi-pagi begini?” Kinan tersentak kaget mendengar suara tersebut ketika dia baru saja masuk dari pintu utama asrama putri, gadis itu sampai meloncat kecil saking kagetnya, padahal suara itu datang dari Alicya yang baru saja keluar dari kamarnya dan kebetulan melihat sosok Kinan yang baru masuk ke dalam. Alicya tertawa kecil melihat keterkejutannya. “Sorry, sorry, aku ngagetin kamu ya?” Kinan juga ikut tertawa kecil, tapi sayangnya terdengar canggung. “Enggak apa-apa kok, Kak. Memang akunya aja yang mudah kaget,” jawab gadis itu. Padahal mereka sudah mengobrol banyak kemarin, Kinan juga sudah tahu bahwa Alicya adalah sosok yang sangat ramah dan juga baik, tapi entah mengapa masih sulit baginya untuk menghilangkan kecanggungan ini. Kinan masih butuh waktu untuk membiasakan diri dengan teman-teman asramanya yang sering menyapa dan mengajaknya mengobrol. Alicya mengangguk sebagai jawabannya, tapi dia tidak beranjak pergi melainkan masih memperhatikan Kinan. Seingat Alicya, ketika dia keluar dari kamarnya, jam dinding masih menunjukkan pukul lima pagi yang berarti masih pagi sekali bagi anak-anak asrama untuk berkeliaran, anak-anak asrama putri pun terkadang baru terlihat batang hidungnya ketika jam sudah menunjukkan pukul enam. Maka dari itu Alicya cukup bingung melihat Kinan yang bangun sepagi ini. “Jadi, kamu abis darimana pagi-pagi begini?” Gadis yang lebih tua itu bertanya lagi, selain karena dia memang yang paling dewasa dan ingin mengajak Kinan mengobrol lebih banyak agar tidak lagi canggung dengannya, Alicya juga merasa bahwa dia harus tahu apa yang Kinan lakukan sepagi ini agar pada esok hari dirinya tidak perlu kaget jika melihat kejadian yang sama. “Aku ... abis sarapan tadi.” Kedua mata Alicya membulat. “Sepagi ini? Kamu memang biasanya sarapan jam segini?” “Enggak, bukan gitu ...,” Kinan mendadak ragu untuk menjawab, kalimatnya tergantung dan gadis itu tidak menemukan kalimat yang tepat untuk melanjutkannya, sebab dia takut menyakiti hati Alicya jika sampai menjawabnya. Tapi, beberapa detik berikutnya suara Alicya terdengar lagi, “Ah, oke, aku ngerti kok tanpa harus kamu bilang.” Kinan menundukkan kepalanya, makin merasa tak enak karena Alicya sudah tahu lebih dulu sebelum dia memberikan penjelasan. “Maaf, Kak ....” Hingga akhirnya hanya permintaan maaf itu saja yang bisa Kinan ucapkan, dia kebingungan harus bicara apa lagi. Interaksi-interaksi kecil seperti ini merupakan sesuatu hal yang baru untuknya dan Kanala Kinanti belum memiliki pengalaman apa pun untuk melakukannya. Gadis itu bahkan masih belum tahu bagaimana caranya untuk berinteraksi dengan baik dan benar antar sesama penghuni asrama ini. Jika sekarang yang berada di depannya adalah Mama Anti, maka Kinan tentu tidak perlu kesulitan untuk bicara, dia bisa mengatakan apa pun yang ada di kepalanya saat ini tanpa harus berpikir lebih dahulu. Katakanlah dirinya aneh, tapi jujur saja, semalaman Kinan mencari di google tentang cara pendekatan yang baik antara sesama teman asrama. Gadis cantik itu sudah membaca beberapa artikel yang sekiranya dapat membantu Kinan untuk mempersiapkan diri sebelum benar-benar mencoba menjadi terbuka dengan mereka, tapi entah mengapa semua hal yang sudah dia pelajari semalam seakan menghilang begitu saja dan tergantikan dengan kegugupan yang tidak bisa dirinya kendalikan ketika bertemu dengan Alicya. Ini baru satu orang dan Kinan masih belum bisa mengatasi kecanggungannya, lalu bagaimana caranya gadis itu bisa bersosialisasi dengan baik kepada semua penghuni asrama Kartapati? Hah, sejak awal Kinan sudah merasa bahwa hal ini tidak akan mungkin bisa dia lakukan. Pada akhirnya Kinan akan kembali menjadi sosok yang tertutup dan memilih untuk mengasingkan diri dari keramaian, menjauh dari segala sesuatu yang dapat membuatnya berkomunikasi dengan orang lain. Kinan tak pandai memulai, tidak pandai juga dalam mencari topik obrolan, jadi lebih baik dia diam saja daripada membuat sebuah kesalahan. Saat ini Kinan masih terdiam di tempatnya berdiri, dia menunggu Alicya mengatakan sesuatu sebab gadis itu juga belum berpindah posisi yang membuat Kinan merasa bahwa kakak tertua itu ingin mengatakan sesuatu. Namun, bermenit-menit berlalu, Kinan tidak juga mendengar suaranya. Padahal sebaliknya, Alicya sedang menunggu Kinan mengatakan sesuatu kepadanya, dia berharap bahwa gadis baru itu berbicara lagi dengannya. Tapi, yang Alicya dengar nyatanya. “Kak, aku permisi balik ke kamar dulu ya.” Tidak! Bukan ini yang Alicya inginkan! Alicya ingin berbicara lebih lama dengan Kinan dan mencoba untuk lebih akrab dengannya, bukan justru perpisahan seperti ini yang dia butuhkan. “Kinan, tunggu.” Alicya menghentikan langkah Kinan yang baru akan naik ke anak tangga ke-dua. “Kamu mau nggak ikut nonton tv sama aku? Terus kita juga bisa ngobrol beberapa hal kalo kamu mau.” Kinan menatap bergantian antara Alicya dan juga ruang bersantai yang berada tak jauh dari mereka karena asrama memang tidak seluas itu, tatapannya terlihat ragu dan Alicya menyadari semua itu. “Kak Cya, maaf ya, tapi mungkin lain kali? Aku mau balik tidur lagi aja,”—sebelum anak-anak lain pada bangun dan keadaan makin ramai, kayaknya aku mending balik ke kamar dan nggak ketemu dulu sama mereka, lanjut Kinan di dalam hati yang tidak mungkin dia utarakan secara langsung kepada Kakak tertuanya tersebut. Bisa kentara sekali bahwa Kinan memang sedang menjauh. Tanggapan yang datang dari Alicya adalah sebuah senyum kecil tanda mengerti, dia sangat paham mengapa Kinan bersikap seperti itu. “Oke, boleh, tapi Kinan sebelum kamu pergi apa aku boleh ngomong sesuatu?” Tak enak jika menolak lagi, akhirnya Kinan menjawab, “Silakan, Kak.” “Aku cuma mau bilang, jangan terlalu paksa diri kamu untuk melakukan hal yang belum pernah kamu lakuin. Coba deh ikutin aja arus yang mengalir dan jangan terlalu menuntut diri kamu untuk mencoba melakukan sesuatu, kadang mengikuti alur yang ada juga dapat menguntungkan kok. Kamu nggak perlu takut dan nggak perlu khawatir, tanpa harus bersusah payah melakukan pendekatan, nantinya kamu akan bisa dekat dengan sendirinya sama semua anak-anak di asrama ini.” Alicya tahu apa yang sedang Kinan rasakan karena dia sudah hidup lebih dulu daripada gadis itu, Alicya juga sudah bekerja jadi pengalaman hidupnya tentu lebih banyak daripada Kinan. Di tempat kerjanya, Alicya memiliki berbagai macam teman-teman kantor dan salah satunya ada yang seperti Kinan, jadi tanpa perlu diberitahu—hanya dengan melihat saja Alicya sudah lebih dulu tahu apa yang gadis itu pikirkan. Alicya tidak mau menganggap bahwa Kinan menghindar, saat ini Kinan hanya sedang mencari zona nyamannya saja di dalam rumah ini, dia masih perlu membiasakan diri, jadi anak-anak yang lain pun harus mengerti dan tidak boleh menuntut banyak kepadanya. Sebagai seorang kakak tertua di asrama putri, Alicya memang harus menjadi sosok yang paling pengertian dengan semua adik-adik di bawahnya. Dia ingin mengayomi semua orang agar kehidupan di dalam asrama putri menjadi lebih harmonis setiap harinya. Alicya senang bisa bertemu dengan adik-adik ini, dia senang memiliki teman seperti mereka. Dan sekarang saatnya bagi Alicya untuk mencoba membuat Kinan juga merasa nyaman dalam lingkungan yang sudah dia bangun bersama dengan anak-anak yang lainnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN