Kanala Kinanti merasa bahwa dia memulai hari ini dengan penuh hal aneh. Tadi pagi dimulai ketika dirinya memergoki Abima yang hampir saja membakar dapur utama hanya karena memasak sosis dan terkejut ketika melihatnya sampai di dapur. Kemudian gadis itu yang pada akhirnya malah makan bersama dengannya sembari mendengarkan beberapa cerita lucu dan juga serius yang Abima sampaikan kepadanya.
Dari pagi hari sejak dia baru bangun saja sudah cukup aneh tapi juga terasa baik untuk dirinya sendiri. Kinan biasanya tidak bisa mudah akrab dengan orang lain, tapi anehnya dia bisa merasa cepat nyaman ketika berbicara dengan Abima. pembicaraan mereka pun berjalan dengan sangat amat lancar dan Kinan tidak perlu merasa takut jika berbicara dengannya, semua kalimat yang keluar dari bibirnya mengalir begitu saja tanpa harus merasa takut jika salah bicara.
Aneh sekali bukan?
Ah, tapi bukan hal itu yang sedang Kinan pusingkan sekarang. Daripada memikirkan tentang kejadian paginya bersama Abima, Kinan sekarang lebih panik tentang latihan piano pertamanya. Lima belas menit lagi sudah pukul sepuluh, tapi Kinan baru selesai membereskan semua keperluannya sebelum pergi, belum lagi dia harus menempuh perjalanan nantinya yang entah berapa lama karena Kinan baru tinggal di sini.
Kinan tidak bisa memperkirakannya.
Setelah selesai mengambil semua barangnya, gadis itu akhirnya keluar dari asrama putri. Tak lupa mengunci pintu utamanya dulu karena tidak ada orang di dalam sana, sesuai dengan pesan yang sudah Alicya berikan kepadanya.
Meskipun mereka tinggal di sebuah asrama dan ada rumah utama di bagian depannya, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa bisa saja terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Daripada hal itu terjadi, maka untuk mengantisipasinya mereka harus selalu mengunci pintu asrama tiap kali asrama sedang kosong, biasanya Alicya yang akan menguncinya karena dia berangkat lebih siang daripada para pelajar yang lainnya, tapi sekarang kunci utama diberikan kepada Kinan karena gadis itu yang paling sering berada di asrama, sedangkan Alicya masih memiliki satu kunci cadangan lainnya.
Setelah memastikan bahwa pintu sudah terkunci dengan sempurna, Kinan akhirnya bergegas untuk pergi ke depan dan sesegera mungkin memesan ojek online agar perjalanannya bisa terjadi lebih cepat dan gadis itu juga bisa lebih cepat sampai di rumah pelatihnya.
Namun, ketika Kinan sedang sibuk melihat ke arah handphone seraya berjalan ke luar dari jalan samping. Pak Karta yang pada saat itu sedang berada di teras utama pun melihat gadis itu, tentu Kinan tidak menyadarinya karena dia tengah sibuk melihat ponselnya saat ini.
“Nak Kinan,” panggil Pak Karta.
Kinan yang merasa namanya terpanggil dan menyadari suara siapa itu pun langsung menghentikan langkahnya, dia menoleh ke arah Pak Karta di kursi teras yang berada tak jauh darinya. Gadis itu kebingungan bagaimana cara dia mengatakan kepada Pak Karta kalau dirinya sedang buru-buru?
“Nak Kinan mau ke mana? Tumben kamu keluar biasanya selalu di asrama?” Pak Karta bertanya lagi, pria paruh baya itu sebenarnya menyadari bahwa Kinan terlihat buru-buru. Maka dari itu Pak Karta langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri Kinan dengan segera.
“Aku mau latihan piano, Pak, untuk lomba di rumah guru private. Waktu itu Papa juga udah kasih tahu kan ya, latihannya mulai hari ini jam sepuluh,” jawab Kinan memberitahu.
Pak Karta langsung melihat pada jam di layar ponselnya. “Waduh, ini mah sebentar lagi sudah mau jam sepuluh. Kamu mau berangkat sama siapa, Ki? Kalo Bapak antar aja gimana biar lebih cepat?”
Kedua mata Kinan refleks membola dengan penuh binar-binar harapan. “Boleh, Pak?”
“Iya, boleh dong. Sebentar ya, Bapak ambil kunci mobil dulu. Rumahnya di daerah mana, Ki?” tanya Pak Karta sebelum pergi.
“Di daerah Jl. Palawan III, Pak.”
“Bisalah berarti kekejar waktunya, ya sudah kamu tunggu di dekat mobil ya, Bapak ambil kunci mobil dulu sebentar,” ujar Pak Karta lembut.
Kinan pun mengangguk patuh dan segera pergi menuju mobil milik pria paruh baya itu sesuai yang sudah diperintahkan. Kedua netranya yang berbinar cerah menandakan bahwa saat ini dia merasa sangat senang karena sudah mendapatkan tawaran tumpangan, Kinan yakin jika pergi bersama Pak Karta pasti dia akan lebih cepat sampai mengingat bahwa Pak Karta pasti sangat mengenal seluk beluk kota ini, sebab dia sudah lama sekali tinggal di sini.
Pak Karta sendiri sudah menyadari bahwa Kinan memang terlihat panik, apalagi ketika dia mengatakan bahwa latihannya akan dimulai pukul sepuluh yang mana hanya tinggal beberapa menit lagi sebelum benar-benar dimulai. Karena sudah sering mengantar anak asrama yang lain ketika kebetulan memiliki keperluan mendesak, maka dari itu Pak Karta langsung menawarkan tumpangan kepada putri dari sahabatnya tersebut.
Jika sedang luang seperti ini, tentu saja Pak Karta tidak merasa keberatan jika harus mengantar mereka ke suatu tempat, malah terkadang Pak Karta sendiri yang lebih sering menawari. Biasanya mengantar Abima ke stasiun, atau beberapa anak asrama putri yang tidak memiliki kendaraan dan ingin pergi ke suatu tempat, Pak Karta juga pernah mengantar Rea selama seminggu penuh menuju kampusnya hanya karena motor gadis itu sedang dalam masa perbaikan.
Semua anak-anak Asrama Kartapati sudah pernah merasakan diantar oleh Pak Karta ke mana pun mereka ingin, dan sekarang akan menjadi giliran Kinan sebagai penghuni baru di asrama tersebut.
Pak Karta tentu merasa senang karena bisa membantu seperti ini. Instingnya sebagai seorang ayah yang juga memiliki satu orang putri tentu langsung bekerja. Dia juga sudah menganggap semua anak Asrama Kartapati sebagai anak-anaknya sendiri, maka dari itu baik Pak Karta dan Ibu Ana selalu memperlakukan mereka selayaknya anak sendiri.
Dia tidak pernah sekalipun merasa keberatan. Pada awal-awal melakukan itu ada beberapa anak yang ingin memberi uang kepadanya, katanya untuk beli bensin atau simpanan jajanan untuk Tarisa. Tapi tentu saja Pak Karta menolak, dia tidak akan menerima uang sepeserpun dari anak Asrama Kartapati selain pembayaran bulanan asrama yang selalu terjadi pada tanggal lima setiap bulannya. Selain dari itu, Pak Karta tidak akan pernah menerimanya entah untuk alasan apa pun itu.
Namun, jika anak-anak asrama ingin menggantinya dengan sesuatu yang lain—misalnya membelikan makanan untuk bisa dimakan bersama-sama atau mungkin makanan itu sengaja dibelikan hanya untuk Tarisa seorang—maka hal semacam itu tidak masalah. Pak Karta masih mau menerimanya asal itu bukan uang.
Maka dari itu terkadang ada beberapa anak asrama yang secara random membawa makanan setelah mereka pulang dari sekolah atau dari suatu tempat, terkadang sebagai balasan karena Pak Karta sudah mengantar, tapi di lain sisi seperti sudah menjadi kebiasaan saja bagi yang lainnya untuk membawa makanan jika memang mereka ingin.
Tentu tidak sesering itu, Pak Karta selalu bilang bahwa jangan terlalu memaksa jika ingin membeli sesuatu dan membagikannya dengan yang lain. Jika masih merasa sanggup maka tak apa untuk dilanjutkan, tapi jika merasa masih kurang maka tahan saja keinginan itu dan bisa dilakukan di lain waktu lagi.
Anak-anak Asrama Kartapati memang sudah banyak sekali belajar dari pengalaman Pak Karta dan mungkin sebentar lagi—seiring berjalannya waktu, Kinan juga akan merasakannya.