68. Latihan Piano Pertama

1036 Kata
Kinan tidak tahu bahwa waktu akan cepat sekali berlalu, padahal sejak pagi—ketika dirinya baru selesai mencuci piring bekas makanannya dengan Abima, Kinan baru kembali ke kamarnya untuk beristirahat lagi. Niatnya hanya ingin tidur selama beberapa menit saja karena entah mengapa Kinan merasa begitu lelah, tapi pada akhirnya dia malah labas tertidur hampir tiga jam lamanya. Ketika sudah bangun, keadaan asrama putri sudah kosong pertanda bahwa anak-anak yang lain sudah pergi untuk menuntaskan kegiatan mereka masing-masing di hari ini. Mereka memang tidak pernah membangunkan Kinan jika seandainya gadis itu masih berada di kamarnya ketika mereka hendak pergi, karena setahu yang lainnya Kinan memang hanya berlatih di asrama saja, jadi terserah gadis itu ingin keluar dari kamarnya pukul berapapun. Namun, seingatnya, semalam Kinan sempat berbicara dengan Alicya. Dia memberitahu yang lebih tua bahwa hari ini esok hari Kinan memiliki kegiatan di luar rumah sejak siang hingga sore hari. Biasanya kunci asrama putri ditinggalkan kepadanya karena Kinan yang berada di asrama pada saat itu, namun karena di esok hari Kinan juga akan pergi maka dari itu dia bertanya dengan Alicya harus Kinan apakan kunci itu. “Kamu memang rencananya pulang jam berapa, Ki?” tanya Alicya malam itu ketika selesai mendengar penjelasan Kinan bahwa dirinya harus latihan piano dengan guru private di luar asrama. “Tergantung, sih, Kak. Enggak pernah menentu gitu, kadang tergantung dari gurunya yang masih mau lanjut atau enggak, bisa juga dari gue yang belum ngerasa puas makanya lanjut latihan. Tapi selama latihan, seingat gue paling lama itu lima jam dan nggak pernah lebih dari itu,” jelas Kinan seraya berusaha mengingat-ingat kenangan kecilnya yang tertinggal beberapa bulan lalu. Jika tidak salah ingat sih memang seperti itu yang terjadi, Kinan tidak pernah berlatih hingga malam hari. Paling lama dia pulang ke asrama itu antara pukul tiga atau empat sore, berangkat pukul sepuluh pagi. Jadi, memang tidak pernah selama dari waktu itu. “Kamu mulai dari jam sepuluh ‘kan?” tanya Alicya lagi untuk memastikan dan Kinan langsung mengangguk. “Kalo gitu kuncinya tetep kamu pegang aja, soalnya hari ini pasti kamu duluan yang bakalan sampai asrama. Jadwal anak-anak lain kalo hari ini seingatku bakalan sampe sore banget.” “Ah, gitu.” Kinan langsung mengangguk dan mengiyakan permintaan Alicya untuk tetap memegang kuncinya. Akhirnya saat ini Kinan bangun dengan sedikit terburu-buru karena ketika melihat jam di layar ponselnya, jam itu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi lewat dua belas menit. Sebentar lagi jam sepuluh pagi akan tiba dan Kinan harus segera bergegas untuk pergi ke tempat latihannya. Kinan tahu bahwa guru latihannya pasti tidak akan mempermasalahkan jika Kinan sampai terlambat, karena memang tidak ada waktu khusus baginya untuk datang ataupun pulang, yang penting pada tiga hari yang sudah dijawadkan Kinan harus datang, untuk jamnya terserah saja. Namun, entah mulai sejak kapan Kinan jadi terbiasa untuk datang setiap pukul sepuluh pagi, karena menurutnya hanya waktu itu saja yang paling pas untuk sesi latihan hingga sore hari. Kinan tidak akan datang terlalu pagi dan tidak akan pulang terlalu malam, jadi waktu latihan mereka saat ini sudah sangat pas sekali. Gadis itu hanyalah tipe orang yang tidak suka jika ingkar janji dan terlambat, entah orang lain yang melakukan itu kepadanya atau mungkin dia sendiri yang akan melakukan itu terhadap orang lain—keduanya tetap tidak Kinan sukai. Kinan terbiasa tepat waktu ketika melakukan sesuatu, maka dari itu dia menjadi sangat panik karena menyadari bahwa dirinya bisa saja datang pukul sepuluh lebih yang mana pasti akan menyatakan dirinya terlambat. “Salah gue juga enggak bilang sama Kak Cya buat bangunin, gue kan semalam cuma ngomongin masalah kunci aja tanpa bilang kalo minta bangunin seandainya ketiduran. Jadi, anak asrama putri memang nggak ada salah apa-apa karena nggak bangunin gue, ini memang salah gue aja sih sebenernya,” Kinan berkata seperti itu selagi menyiapkan barang-barang yang akan dia pakai hari ini. Mengeluarkannya dari lemari baju dan akan membawanya ke kamar mandi untuk langsung berganti di sana. Untung saja tidak ada orang saat ini, jadi tidak akan ada yang bisa melihat tingkah laku Kinan ketika sedang panik seperti ini. Memang murni kesalahannya karena sudah bangun sesiang ini dan tidak menitipkan pesan untuk minta bangunkan dengan orang lain, jadi Kinan harus menerima sendiri kesulitan yang dia dapatkan akibat perbuatannya. ‘Sudah tahu kan bagaimana sulitnya jika harus tinggal seorang diri di saat berada dalam keramaian?’ batin Kinan berteriak kencang untuk mengingatkan dirinya sendiri. Sebetulnya, jika boleh jujur, alasan Kinan tidak memberitahu Alicya ataupun anak asrama putri yang lain untuk menitipkan pesan minta dibangunkan di pagi hari adalah karena Kinan berpikir bahwa itu akan menjadi hal yang sangat merepotkan. Anak-anak asrama putri yang lain pasti sibuk dengan urusan mereka masing-masing di setiap pagi, jadi akan menambah pekerjaan saja jika harus membangunkan Kinan juga. Lagi-lagi Kinan terlalu banyak berpikir sebelum merealisasikan apa yang ingin dia lakukan, pikiran negatifnya itu yang justru membuat sang gadis jadi mengurungkan niat dan tidak jadi melakukannya, padahal apa yang Kinan pikirkan tersebut belum tentu menjadi apa yang akan terjadi sebenarnya. Jika saja Kinan tidak perlu berpikir panjang tanpa melakukan sesuatu yang mudah, kegiatan kecil yang memang tidak seharusnya dipikirkan dengan begitu matang, pasti semuanya akan berjalan lancar-lancar saja. Entah dengan kehidupannya ataupun dengan pertemannya dengan orang lain, Kinan pasti akan lebih bisa mengatasinya sendiri daripada harus memikirkan banyak hal sebelum bertindak. Terkadang, melakukan sesuatu secara spontan tanpa harus berpikir juga bisa membawa diri kita ke dalam sesuatu yang menakjubkan. Kini Kinan hanya bisa merutuki dirinya sendiri atas apa yang terjadi, kesulitan di pagi hari dengan semua persiapannya sebelum pergi dan dilakukan dengan sangat terburu-buru karena dia dikejar oleh waktu. Kinan benar-benar tidak suka hal semacam ini. Jika latihan ini bukan menjadi latihan pertamanya lagi setelah bulan-bulan berlalu, mungkin Kinan juga tidak akan masalah jika harus datang dengan sedikit keterlambatan. Namun yang menjadi masalah adalah ini hari pertamana, meskipun sudah cukup lama berlatih dengan pelatihnya tersebut, tapi tetap saja Kinan tidak mau meninggalkan kesan yang buruk tentang dirinya kepada wanita itu. Akan lebih baik jika Kinan bisa melakukan semuanya secara mulus tanpa harus takut akan pandangan orang lain terhadapnya. Latihan piano pertama ini sangat penting dan Kinan tidak mau meninggalkan kesan yang jelek, maka dari itu dia berusaha siap secepat kilat agar bisa langsung pergi tanpa menunggu apa pun lagi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN