Siang hari itu, Kinan merasa bahwa dia mulai bisa mengatasi kecanggungan yang selalu datang tiap kali sedang bersama dengan orang baru. Walaupun kehadiran Anjar tadinya membuat gadis itu cukup ketakutan, sekarang dia sudah merasa sedikit santai karena pembawaan Anjar juga yang sangat amat santai.
Energi orang-orang di sekitar kita memang kerap kali dapat menular kepada diri kita sendiri, itulah mengapa lingkungan dan teman-teman yang sering bersama kita dapat membuat karakter kita juga dapat berubah mengikuti apa yang ada.
“Lain kali dicoba buat nggak canggung sama gue, ya, Ki. Gue paham kok apa yang lo rasain sekarang, tapi kalo mau ada perubahan harus dari lonya juga yang berniat buat coba membuka diri, soalnya semua hal yang mau dilakuin itu bisa sukses kalo dimulai dari keinginan diri sendiri dulu. Gue orangnya asik kok, jadi jangan takut kehabisan topik kalo ngobrol sama gue, kalo seandainya kita ketemu lagi berdua gini gue harap lo udah mulai mau mengurangi sedikit kecanggungan lo ke gue nantinya.”
Kinan mengangguk seraya mengulas senyum kecil, kali ini senyumannya sudah tidak terlihat seperti dipaksakan, gadis itu bisa menjadi lebih lepas sekarang dan Anjar sangat bersyukur akan hal itu.
“Oke, kalo gitu gue pindah tempat ke dapur ya. By the way, di sana ada ada banyak cemilan, jadi kalo lo mau makan sesuatu ambil aja ke sana dan jangan sungkan. Gue tinggal dulu, Ki, selamat menikmati waktu menyendiri lo.” Anjar melambai kecil kepada Kinan sembari mengambil langkah menjauh dari gadis itu, meninggalkan kesan yang baik bagi Kinan terhadap laki-laki itu.
Seluruh penghuni memang sudah bertemu semuanya ketika makan malam waktu itu, Kinan juga sudah sempat mengobrol kecil dengan para penghuni putra lainnya, tapi jika bertemu langsung hanya berdua seperti ini, Kinan baru saja mengalaminya dengan Anjar. Pertemuannya dengan Abima pagi tadi tidak bisa masuk hitungan karena tidak ada percakapan apa pun yang terjadi di antara mereka, hanya Abima yang berbicara sedangkan Kinan hanya diam saja membeku di tempatnya berdiri.
Tapi, Kinan menyadari sesuatu setelah obrolan kecilnya dengan Anjar barusan. Ternyata bukan hanya pemilik asrama dan penghuni asrama putri saja yang baik-baik dan ramah-ramah, nyatanya penghuni asrama putra juga sama baik dan sama ramahnya dengan yang lain.
Semua orang yang tinggal di sini sepertinya memanglah orang-orang yang baik, tiba-tiba saja di dalam hatinya Kinan merasa bersyukur karena sang Papa telah membawanya untuk tinggal di tempat ini. Kali ini Kinan akan menemukan pengalaman baru dengan tinggal di asrama yang memiliki nuansa berbeda, dan mungkin saja ini adalah kali pertama Kinan bisa mendapatkan teman yang benar-benar bisa dirinya anggap sebagai teman.
Kinan masih memperhatikan Anjar sampai laki-laki itu benar-benar menghilang di pintu utama dapur. Sepeninggalan Anjar, Kinan kembali menatap langit di siang hari yang terlihat sangat cerah di hari ini, warna langitnya sangat cantik hingga membuat Kinan betah menatapnya selama beberapa menit ke depan walaupun pada saat itu cuaca sudah mulai panas.
Namun, menjelang menit ke dua puluh dan cuaca sudah semakin siang membuat Kinan kontan mengeluh karena sudah tak sanggup menahan silaunya.
“Bosen banget, di sini panas tapi gue nggak tahu mau ngapain lagi karena main handphone juga bosen, apa main piano aja kali ya—ah, tapi ini kan hari tenang gue dari piano.” Kinan mendesah lelah, di saat sendirian seperti ini saja dia tidak bisa menentukan apa yang pas untuk dirinya lakukan.
Biasanya Kinan memang mengambil satu hari untuk beristirahat dari bermain piano, tujuannya agar jari-jarinya bisa mendapatkan istirahat satu hari sebelum kemudian dia akan kembali beraktifitas seperti hari biasanya. Hari libur itu juga merupakan saran dari guru pianonya agar jari-jari Kinan tidak terlalu dipaksa untuk terus melakukan hal yang sama, walaupun dia memang butuh pembiasaan, tapi istirahat itu juga tentu penting dilakukan.
“Kayaknya gue balik dulu ke kamar, nanti kalo udah agak sore baru gue ke ruang seni,” Kinan mengangguk kecil setelah berhasil mengambil keputusan.
Gadis itu akhirnya bangkit dari posisi duduknya, tidak sanggup lagi untuk duduk di taman karena cuaca menjadi semakin panas dan kulitnya mulai terasa terbakar. Kinan tidak bisa duduk di sana lebih lama lagi, lebih baik dia kembali ke dalam asrama dan menikmati ruangan ber-AC yang terasa menyejukkan daripada harus berjemur di bawah teriknya sinar matahari.
Tidak banyak yang bisa gadis itu lakukan karena dia baru saja pindah kemarin, tapi akhirnya Kinan memilih untuk berkeliling sebentar untuk melihat-lihat isi asrama ini karena sebelumnya dia tidak begitu memperhatikan. Di dalam lemari dapur ada beberapa cemilan yang tertulis ‘boleh dimakan oleh semua orang’ tapi ada juga yang bertuliskan masing-masing nama pemilik asrama putri, itu menunjukkan bahwa makanan tersebut memang milik mereka dan jika ingin memakannya maka kita harus izin lebih dahulu. Berbeda dengan makanan tanpa label nama an ditujukkan oleh semuanya, tanpa izinpun Kinan boleh memakannya.
Namun karena masih berstatus sebagai penghuni baru di sini, tentu saja Kinan masih belum berani mengambil makanan tersebut, lagipula dia juga memiliki makanan sendiri di dalam kamarnya yang memang masih belum sempat dia keluarkan.
Akhirnya Kinan pun membuka kulkas dan hanya mengambil satu botol air putih dingin dari sana, kemudian gadis itu pindah ke ruang bersantai dan menyalakan televisi, menonton kartun yang ada karena tidak ada tayangan yang menarik selain kartun tersebut. Kinan bukan penggemar sinetron ataupun berita infotainment, jadi dia tidak akan menonton tayangan semacam itu.
Tapi anehnya baru beberapa menit duduk di sana dan menikmati kartun tersebut, Kinan tiba-tiba saja kembali dilanda kebosanan.
Hari ini sungguh aneh sekali.
“Padahal biasanya gue selalu biasa aja, tapi kenapa hari ini rasanya beda banget?” Kinan bertanya-tanya seorang diri.
Memang benar seperti itu, biasanya Kinan selalu biasa saja dengan kesendirian. Ketika tinggal di Jakarta bersama kedua orangtuanya pun, Kinan kerap kali ditinggalkan sendirian di rumah karena orangtuanya selalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Kinan sudah terbiasa dengan hal itu sejak dulu, sebenarkan kesendirian bukan termasuk hal yang harus Kinan permasalahkan. Tapi mengapa hari ini rasanya berbeda sekali? Mengapa Kinan merasa tak suka dengan kesendirian ini?
Perpindahannya ke Asrama Kartapati benar-benar membawa banyak perubahan walaupun dia terhitung masih satu hari di tempat ini. Terbiasa dengan keramaian yang ditimbulkan oleh penghuni asrama lainnya, membuat Kinan jadi merasa sepi ketika berada sendirian di dalam asrama.
Ternyata lingkungan benar-benar dapat merubah seseorang dengan begitu cepat, buktinya sekarang Kinan benar-benar tengah mengalaminya.