75. Alasan Menghilang

2453 Kata
“Lo pasti penasaran ke mana sebenernya gue beberapa hari ini kan? Gue tebak pasti lo mau nanyain hal itu kan sebenernya?” Abima memberikan dua pertanyaan secara langsung kepada Kinan masih dengan cengiran jahilnya, kentara sekali bahwa pertanyaan itu hanya untuk menjahilinya saja. Abima tidak tahu saja bahwa Kinan itu sebenarnya tipe orang yang sangat blak-blakan. Gadis itu akan langsung menjawab jika sekiranya dia memang membutuhkan itu, tidak peduli bahwa si lawan bicara sedang menggodanya saja atau memang benar-benar ingin bertanya, tapi yang pasti Kinan sendiri akan menjawab jujur sesuai dengan apa yang dia pikirkan saat ini. Maka dari itu sang gadis langsung mengangguk begitu saja setelah mendengar pertanyaan Abima. Untuk apa juga dirinya berbohong dengan berpura-pura tidak membutuhkan penjelasan itu padahal sebenarnya Kinan sangat penasaran dan sangat ingin tahu jawabannya. Lebih baik dia menjawab jujur saja dengan anggukan agar Abima bisa langsung menjelaskan. Abima cukup kaget ketika melihat Kinan mengangguk, tapi keterkejutannya itu hanya terjadi sebentar saja karena setelahnya laki-laki itu kembali tersenyum lebar. Entah mengapa Abima senang melihat Kinan yang sangat jujur, yang secara tidak langsung baru saja memberitahu bahwa ternyata gadis itu mencarinya selama Abima menjauh beberapa hari ini. Abima juga tidak tahu apakah Kinan sadar atau tidak ketika mengangguk tadi, yang mana malah memperjelas semuanya bahwa dia memang mencari Abima dan penasaran ke mana Abima beberapa hari ini. ‘Apa sebenernya dia memang orang yang kayak gitu? Kayaknya Kinan memang orang yang terlampau jujur makanya dia bisa ngangguk semudah itu tanpa mikir lagi dampaknya buat gue,’ ujar Abima di dalam hatinya. Dia saat ini masih tersenyum lebar sembari melihat Kinan. Kemudian Abima bangkit dari duduknya, kedua netranya menatap sekeliling dan menemukan kursi plastik di sudut ruangan. Abima segera berjalan cepat untuk mengambil itu lalu menaruhnya di tempatnya semula duduk. Sulit baginya untuk menatap Kinan dari posisi bawah, pembicaraan mereka tidak akan berjalan nyaman jika satu dari mereka harus mendongak, sedangkan satu lainnya harus menunduk. Jadi, lebih baik Abima duduk di kursi saja bukan? Kinan sedari tadi hanya memperhatikan saja setiap pergerakan Abima dalam diamnya, dia sempat tak mengerti mengapa Abima tak langsung menjawab pertanyaannya saja dan malah menatap sekeliling dengan pandangan mencari. Tapi ketika Abima sudah meletakkan kursi itu tidak jauh dari tempat duduknya saat ini dan kemudian menyusul laki-laki itu duduk di sana, barulah Kinan paham apa maksudnya. “Biar lo nggak perlu nunduk lihat gue,” kata Abima menjelaskan, padahal Kinan tidak meminta penjelasan itu. Tapi tidak apalah, biarkan Abima bersikap gentleman seperti biasanya walaupun laki-laki itu sebenarnya tidak sadar apa yang telah dia lakukan. Kinan ikut membenarkan posisi duduknya di kursi piano tersebut, gadis itu bahkan sampai memutar sedikit tubuhnya agar bisa melihat Abima dengan baik. Jika Abima sudah mengeluarkan effort untuk mengambil kursi agar Kinan tidak perlu menunduk, maka Kinan juga memutar tubuhnya agar laki-laki itu tidak kesulitan melihatnya. Mereka berdua ini ... jika diperhatikan sebenarnya cocok juga ya? Ada cukup banyak kesamaan dalam sikap keduanya yang bahkan tidak mereka sadari sama sekali. Namun, jika ada orang lain yang sekarang memperhatikan pasti akan langsung bisa mengerti tanpa harus dijelaskan lebih dulu bahwa keduanya memiliki keterkaitan yang tak terlihat. Entah mengapa Kinan dan Abima terlihat cocok saja ketika sedang bersama. Cocok di sini tentu bukan hanya dimaksudkan dalam romansa saja. Terkadang semua hal yang terjadi di antara sepasang lawan jenis tidak harus selalu dikaitkan dengan sebuah romantisasi. Padahal cocok juga bisa dalam arti berteman, atau menjadi partner dalam mengerjakan sesuatu karena mereka memiliki minat dan bakat yang hampir sama. “Jadi, lo sebenernya kenapa belakangan ini?” Entah sudah keberapa kalinya Abima terkekeh setelah masuk ke dalam ruangan musik ini. “Buru-buru banget sih, Ki. Padahal gue mau tanya dulu lo apa kabar selama lima hari ini? Gue beneran baru sadar kalo kita nggak ada sapa bahkan ketemu selama lima hari ini karena gue terlalu sibuk.” Kinan sempat menatapnya dengan sorot tak percaya selama beberapa saat, hanya sebentar saja tapi untungnya Abima sudah lebih dulu melihat itu. “Kenapa?” tanya laki-laki itu penasaran, karena ekspresi Kinan tadi seperti mengatakan sesuatu. Lagi, Kinan kembali jujur daripada harus merahasiakan sesuatu. “Gue dua kali lihat lo selama lima hari ini waktu makan malem, tapi lo nggak lihat gue?” tanyanya tak percaya. “Tapi, ya ... wajar sih kalo lo nggak lihat gue, soalnya lo juga kelihatan cape banget waktu itu dan mungkin lo lagi nggak fokus sama sekitar sampai nggak notice keberadaan gue di meja makan selama dua hari itu.” “Ah, serius lo ada di sana ...?” Abima terlihat merasa bersalah. “Sorry, gue beneran nggak tahu kalo lo ada di sana karena waktu itu gue cuma kepikiran buat cepet-cepet masuk kamar dan tidur. Makanya gue jawab pertanyaan Kak Anjar seadanya aja dan langsung balik ke asrama putra waktu dia udah selesai nanya,” Abima menjelaskan dengan rinci, dia tidak mau membuat Kinan jadi salah paham kepadanya. “Lo memang lagi sibuk, ya, Bim?” Alih-alih menjawab, Kinan justru memberikan pertanyaan lain kepada Abima. Salah satu pertanyaan yang sudah mengendap di dalam kepalanya selama beberapa hari ini dan pada akhirnya bisa benar-benar Kinan suarakan kepada sang empunya. Abima mengangguk. “Iya, kemarin gue memang lagi sibuk banget.” “Memangnya sibuk ngapain?” Kinan bertanya lagi, kali ini lebih cepat, bahkan hanya jeda beberapa detik saja setelah Abima menjawab pertanyaan Kinan yang sebelumnya. Laki-laki itu mengulum senyumnya dalam diam, melihat Kinan sangat penasaran tentang hal yang dia lakukan membuat Abima jadi merasa lucu sendiri entah karena apa. Gadis di hadapannya ini entah karena terlalu polos atau entah karena alasan apa, tapi dia benar-benar terlihat lucu sekali ketika bertanya. Ekspresinya benar-benar menunjukkan bahwa dia tidak tahu apa-apa dan penasaran ingin tahu jawabannya maka dari itu dia langsung bertanya. Tapi, melihat wajah polosnya itu jadi membuat Abima jadi semakin ingin menjahilinya saja dan tidak langsung menjawab pertanyaannya. Abima hanya ingin tahu bagaimana Kinan jika sedang marah, maka dari itu dia mencoba mengetesnya. “Kinan, lo tadi belum jawab pertanyaan gue loh, lo apa kabar selama lima hari ini?” Abima memberikan pertanyaan lain yang tentu saja sangat berbeda dengan pertanyaan Kinan sebelumnya. Kinan menghela napas panjang, dia tidak bodoh hanya untuk mengetahui bahwa sebenarnya Abima hanya sedang ingin main-main saja dengannya. Laki-laki ini ... baru saja menghilang selama beberapa hari, tapi mengapa ketika kembali dia jadi cukup menyebalkan? Kinan menyadari bahwa Abima tidak akan berhenti bertanya sebelum dia menjawab pertanyaan itu. Oleh karena itu Kinan akan memberikan jawaban paling lengkap untuknya agar Abima tidak perlu bertanya apa pun lagi kepadanya. “Gue baik selama lima hari ini. Tiap Selasa, Kamis sama Sabtu gue selalu keluar dari asrama buat latihan sama guru private gue sebelum lomba di mulai. Tapi selain hari itu gue cuma di asrama aja, latihan sendiri di sini dari siang sampai sore, baru abis itu gue balik ke asrama lagi buat istirahat dan ketemu sama anak-anak lain. Selain itu nggak ada lagi hal istimewa yang gue lakuin selama di sini. Kegiatan gue monoton berjalan di jadwal yang sama hampir setiap harinya.” Kalimat itu adalah kalimat terpanjang yang pernah Kinan katakan kepada Abima selama dia tinggal di asrama ini. Coba bayangkan, Kinan sampai mau berbicara panjang lebar seperti itu hanya karena dia ingin membuat Abima menjawab pertanyaannya juga, mereka berdua harus impas kan? Abima langsung tertawa lagi mendengarnya, benar-benar dibuat speechless dan tidak percaya bahwa Kinan akan menjawab pertanyaannya dengan jawaban seperti itu. Ini di luar ekspektasinya, sebab Abima pikir Kinan akan marah dengan cara merajuk kepadanya dan memintanya untuk langsung menjawab pertanyaannya tanpa mengalihkan pembicaraan ke arah lain lagi. Tapi ternyata cara marahnya gadis itu cukup berbeda. Dia justru mau menjawab pertanyaan yang Abima berikan. Tapi caranya menjawab benar-benar lengkap, seolah ingin langsung memberitahu semuanya tanpa sempat Abima akan bertanya lagi. Kinan membuka dan menutup pembicaraan akan topik kabar ini secara sekaligus. Maka dari itu Abima sangat terkejut dibuatnya. Tawa yang Abima keluarkan saat ini menjadi tawa paling lepas yang selama satu minggu atau mungkin satu bulan ini dan seseorang yang berhasil membuatnya tertawa sampai seperti itu adalah Kinan. Sungguh sangat tidak terduga, pikir Abima. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran Kinan yang entah mengapa menurutnya terasa sangat unik namun juga lucu di saat yang bersamaan. Selama lima hari ini Abima hanya bisa merasa lelah saja, tidak ada kejadian lucu dalam hidupnya selama seminggu terakhir karena Abima terlalu fokus dengan tugasnya hingga tidak bisa bercanda sedikitpun dan tidak bisa tertawa entah itu karena hal yang sangat lucu sekali pun. Tapi hari ini Abima berhasil tertawa hanya karena Kinan yang terlalu polos sedang mengobrol bersamanya. Bahkan Abima juga baru sadar bahwa dirinya jadi lebih banyak tersenyum ketika sudah masuk ke dalam ruang musik. Setelah dinyatakan bahwa tugasnya sudah selesai, Abima memang merasa senang sampai harus bersenandung di jalan selama pulang. Tapi, setelah bertemu dengan Kinan sore ini entah mengapa Abima jadi merasa lebih senang lagi. Perasaan bahagia terasa membuncah di dalam dadanya hanya karena dia sedang bersama dengan Kinan saat ini. Sepertinya gadis ini memiliki sebuah jimat pengikat hingga membuat Abima jadi merasa tertarik kepadanya, Abima jadi kepikiran, jangan-jangan benar seperti itu? Tentu saja jawabannya tidak, untuk apa juga Kinan memegang jimat jika tanpa barang seperti itu pun hidupnya sudah terasa sangat baik dan juga berwarna. Kinan mendapatkan semua kebahagiaan ini secara murni tanpa bantuan dari ilmu apa pun itu. Abima malah merasa bahwa Kinan telah mengembalikan semangat Abima yang sempat menghilang selama beberapa hari ini. Kinan telah benar-benar berhasil melakukan itu sehingga kini Abima kembali menjadi pribadi yang ceria lagi seperti sebelumnya. “Oke, oke, gue ngaku kalah.” Akhirnya Abima bicara dan mengakui kekalahannya setelah bersikeras ingin terus mengajukan pertanyaan kepada Kinan hingga membuat gadis itu jadi marah dan merasa tidak sanggup lagi. Tapi, kini malah Abima sendiri yang terjebak dalam jebakannya sendiri. Alih-alih membuat Kinan merasa tak sanggup lagi dengan pembahasan ini, sekarang malah Abima yang merasa demikian. Dia terperangkap dalam jebakan yang sudah dirinya buat sendiri. “Sekarang giliran gue yang jelasin ke lo,” kata Abima serius. “Dika udah bilang sama gue sebelumnya kalo dia udah jelasin ke anak-anak lain kalo gue lagi sibuk sama urusan sekolah. Apa yang dia bilang itu bener, gue tebak lo masih kurang ngerti karena gimanapun juga sekolah lo kan homeschooling, pasti agak susah buat lo mengerti tentang kegiatan di sekolah umum—” Kinan tanpa sadar langsung tersenyum ketika mendengar penuturan terakhir Abima, laki-laki itu menyadari kebingungannya dan juga membahas tentang sekolah dan entah mengapa hal itu membuat Kinan senang karena dia jadi merasa bahwa ternyata ada yang mengertinya dengan baik. “Jadi, di sekolah umum itu biasanya suka ngadain beberapa acara-acara gitu. Kadang ada acara internal khusus buat anak-anak sekolah itu aja, tapi ada juga acara eksternal di mana orang luar bisa ikut masuk ke sekolah buat meramaikan juga—kadang kalo buka eksternal sekolah gue suka undang bintang tamu kayak semacam penyanyi-penyanyi terkenal gitu. “Acara-acara yang diadain itu biasanya untuk memperingati hari ulang tahun sekolah. Biasanya ada lomba-lomba gitu juga antar sekolah lain biar lebih meriah dan seru gitu, apalagi bisa disaksiin sama orang banyak dan bisa nonton bintang tamunya. “Sebagai seseorang yang udah pernah ngerasain kegiatan kayak gitu, bisa gue bilang kalo kegiatan semacam itu bener-bener seru cuma minusnya kita bakalan cape, apalagi kalo kita bagian dari panitia di belakang layar yang selalu mastiin bahwa acara itu bakalan lancar-lancar aja sampai selesai tanpa hambatan apa pun. “Nah, jadi sekolah gue tuh mau ngadain event eksternal gitu untuk memperingati 70 tahun sekolah gue itu berdiri. Kebetulan di sekolah gue tuh ada join organisasi namanya Jurnalistik, untuk yang satu ini bakalan gue jelasin nanti soalnya bakalan panjang. Tapi intinya gue tuh bagian fotografer di organisasi itu yang tugasnya suka foto-foto. “Gue tuh dapet tugas buat ikut serta dalam pelancaran event sebelum dimulai. Tadinya mereka udah punya fotografer sendiri buat ngerjain semuanya, tapi ternyata hasil foto orang itu nggak sesuai sama tema yang diminta. Akhirnya mereka manggil gue beberapa hari lalu dan kasih alih pekerjaan itu ke gue secara mendadak. Gue harus ngumpulin foto-foto yang mereka minta sesuai tema dan mereka kasih gue deadline satu minggu. “Karena gue tahu itu buat event sekolah yang mana udah pasti penting karena bakalan dilihat banyak orang dari luar sekolah juga. Makanya mau nggak mau gue ambil itu tugas, lagipula mereka juga nggak punya pengganti katanya selain gue. Karena gue bagian dari siswa sekolah itu juga makanya gue menyanggupi tugasnya. “Itulah kenapa akhirnya gue jadi sibuk hampir semingguan ini karena setelah pulang sekolah tuh gue langsung lanjut buat pergi dan survey tempat buat setelahnya ambil foto-foto sesuai tema yang diminta. Yang jadi masalah, tempat yang gue datangi itu nggak cuma satu dan foto yang mereka minta juga enggak sedikit, maka dari itu butuh waktu yang cukup lama buat bisa selesain itu semua. “Jadi itu alasan gue kenapa jadi jarang terlihat selama beberapa hari ini. Oh, iya, kalo kebetulan lo juga cari gue pas pagi hari. Gue memang nggak buat sarapan beberapa hari ini karena gue harus berangkat lebih pagi ke sekolah buat kerjain pr, itu yang bisa gue lakuin biar tugas gue sebagai pelajar sama sebagai anggota organisasi bisa berjalan dengan baik. “Maaf kalo belakangan ini gue jadi bikin lo nyariin gue. Tapi semua itu terjadi karena kewajiban Ki, makanya gue nggak bisa tolak mereka. Tapi, gue udah senang dan bebas sekarang karena terhitung hari ini tugas gue buat event itu udah selesai. Tadi pagi gue udah kumpulin semua foto yang gue ambil ke mereka dan mereka terima semua hasilnya tanpa ada revisi sedikitpun. Makanya sekarang gue bisa duduk di depan lo kayak gini dan nggak pulang malam lagi karena semuanya udah selesai. “Jadi, gimana Kanala Kinanti ... apa jawaban gue udah cukup untuk menjawab semua pertanyaan di dalam kepala lo itu?” Abima berhasil menyelesaikan penjelasan panjangnya sama seperti cara Kinan menjelaskan tadi. Dia menjawab semuanya dengan cara menceritakan tentang apa yang terjadi kepada gadis itu, maka dengan begitu semua pertanyaan di dalam kepala Kinan pasti akan langsung terjawab begitu saja tanpa ada yang tertinggal lagi. Jika Kinan bisa melakukan cara itu maka Abima juga bisa menggunakannya, jika Kinan sudah berhasil membuat Abima tertawa beberapa saat lalu, maka sekarang Abima yang telah benar-benar berhasil membuat gadis itu tertawa hanya karena jawabannya saja. “Udah, semua pertanyaan yang mau gue ajuin ke gue udah langsung kewajab semua sama penjelasan lo itu,” jawab Kinan setelah tawanya mereda. Bagi mereka berdua kejadian saat ini terada sangat lucu. Tapi sadarkah keduanya bahwa selama mereka berbicara sedari tadi, bahkan sejak Abima masuk ke dalam ruang musik sudah tidak ada lagi kecanggungan di antara keduanya. Padahal Abima sempat sulit ditemui selama beberapa hari terakhir, tapi pembicaraan mereka sekarang justru berjalan lancar-lancar saja tanpa adanya kecanggungan sedikitpun. Apakah dengan begini keduanya bisa dikatakan sudah benar-benar dekat?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN