“Lo tuh main piano memang udah dari dulu banget, ya, Ki?” tanya Bintang penasaran, gadis itu berjalan lebih mendekat ke arah piano dan kemudian menekan beberapa tuts hingga menciptakan bunyi acak yang tidak teratur. Namun, Bintang tetap terkesiap dan terkejut, selama berada di sini dia bahkan tidak pernah menyentuh piano ini karena takut akan rusak jika dia sentuh sedikit saja.
Piano adalah salah satu alat musik yang terlihat indah dan juga mahal di mata Bintang, oleh sebab itu sang gadis jadi tidak berani menyentuhnya barang sedikit saja. Bintang juga termasuk yang jarang main ke ruang musik karena dia lebih suka menghabiskan waktu di dalam asrama dengan bermain game ataupun menonton serial kartun kesukaannya.
Sekarang gadis itu begitu takjub ketika menyadari bahwa piano ini benar-benar bisa menghasilkan suara walau hanya dengan menekan salah satu balok panjangnya saja.
Kinan yang menyaksikan bagaimana ekspresi takjub dari Bintang mulai terlihat pun hanya bisa tersenyum kecil. “Iya, udah dari dulu,” jawab Kinan singkat.
“Udah ikut lomba di mana aja?” tanya Bintang lagi, masih belum puas dengan jawaban singkat yang teman seasramanya itu berikan.
“Banyak, Bin.”
Bintang menoleh ke arah Kinan, sebelah alisnya terangkat dengan heran. “Banyaknya tuh ... di mana aja?”
“Ya ... ada beberapa tempat, gue bingung ngasih tahunya, hehehe.”
Bintang hanya menatap Kinan selama beberapa menit sebelum akhirnya gadis itu beralih kepada Bella yang saat ini justru sedang menatapnya juga dengan senyum maklum yang terpatri di bibirnya. Tanpa harus bicara, Bintang sudah tahu bahwa gadis itu seolah berkata kepadanya bahwa Bintang harus memaklumi sifat pemalu dan canggung dari Kinan, karena sejak kemarin juga dia memang seperti itu.
Menghela napas panjang, Bintang pun akhirnya bertanya, “Nanti waktu lo tampil gue boleh nonton nggak sama yang lain?” Di dalam hati, Bintang sangat berharap bahwa Kinan bisa memberikan jawaban yang memuaskan untuknya, sebab jika gadis itu masih sama seperti sebelumnya, bisa-bisa Bintang langsung undur diri dan memilih untuk kembali saja ke asrama mereka.
Untungnya Kinan pada saat itu langsung tersenyum dan mengangguk cepat. “Boleh kok, kalo kalian mau nonton boleh banget.”
Bella yang sedari tadi hanya memperhatikan pun ikut tersenyum, dia tahu bagaimana berusahanya Kinan saat ini untuk tidak terlihat canggung di dekat mereka berdua, padahal sejujurnya Kinan pasti masih merasa sedikit tidak nyaman akan sikap sok-kenal-sok-dekat yang dilakukan oleh Bintang sebelumnya, sebab mereka memang belum sedekat itu.
Mendadak Bella teringat dengan percakapannya bersama Alicya subuh hari tadi, di saat Bella baru saja keluar dari kamarnya tepat ketika Kinan baru masuk ke kamar miliknya sendiri. Bella masih ingat apa saja yang kakak perempuan tertua itu sampaikan kepadanya, dia meminta Bella untuk turut mengajak Kinan untuk segala hal yang dia lakukan.
Atau bisa dibilang, Alicya meminta Bella dan juga anak asrama putri yang lainnya untuk mencoba membangun hubungan yang baik dengan Kinan. Turut mengajak gadis itu setiap kali mereka melakukan kegiatan yang memang untuk sendirian, sebab Alicya tidak mau melihat Kinan makan sendirian lagi pada waktu sepagi itu karena merasa belum bisa berbaur dengan yang lainnya.
Tanpa sadar Bella merasa kasihan dengan gadis itu, pasti berat sekali rasanya menjadi Kinan yang tidak memiliki teman. Bella saja bisa sangat amat kebosanan ketika dirinya ditinggalkan seharian di asrama ini sewaktu sedang sakit dan tidak masuk sekolah, apalagi Kinan yang kegiatan sehari-harinya hanya berlatih?
Belum lagi fakta bahwa gadis itu belum bisa membuka diri sepenuhnya kepada yang lain hingga membuat dia masih merasa tak nyaman tiap kali ada yang mendekati dan mengajaknya bicara. Meskipun Kinan tidak pernah mengatakannya secara langsung, tapi gerak dari tubuhnya seolah sangat menegaskan bahwa dia ingin Bella dan Bintang buru-buru pergi dari ruangan musik.
Kinan sangat merasa tak nyaman dan Bella menyadari hal itu.
Memang sulit membangun obrolan dengan orang lain di saat sebelumnya Kinan terbiasa menghabiskan waktunya seorang diri tanpa ada teman di sisinya. Tidak bisa semudah itu untuk membuat orang-orang introvert bisa merubah dirinya sedikit menjadi sosok yang ekstrovert.
Mereka terlalu lama berada di zona nyaman hingga tidak berani untuk bisa keluar dari zona tersebut dan melihat dunia luar lebih dekat. Terkadang, mereka lebih nyaman untuk tetap berada di dalam diri mereka sendiri dan memilih untuk tetap melakukan itu selama beberapa waktu ke depan karena merasa takut akan adanya ancaman dari banyak pihak.
Biasanya orang introvert juga sulit untuk bisa percaya dengan orang lain, dan hal itulah yang sedang Bella lihat dari diri Kinan. Gadis pianis itu sepertinya masih mencoba meraba-raba dan memperhatikan sekelilingnya dengan lebih lama sebelum akhirnya dia akan memutuskan, tidak semudah itu untuknya agar bisa langsung percaya dengan orang lain di saat Kinan tak pernah bertemu dengan orang-orang baru tersebut sebelumnya.
Malam itu, ketika seluruh anggota asrama putri berkumpul untuk menyambut kedatangan Kinan sebagai penghuni baru, mereka tidak banyak membicarakan apa pun soal Kinan karena gadis itu memang terlihat tak nyaman untuk membahas tentang dirinya sendiri. Makanya pada saat itu Rea berinisiatif untuk mengajak mereka semua bermain game saja untuk mengisi kekosongan yang ada, sebab mereka semua sudah terlanjur berkumpul.
Kinan ikut main pada saat itu karena tidak memiliki pilihan lain untuk tetap singgah, dia tidak mungkin pergi ke kamarnya dan memberi alasan untuk bisa menjauhi yang lain di saat mereka baru saja saling mengenal. Setidaknya Kinan juga ingin meninggalkan kesan pertama yang baik kepada mereka semua walaupun sesungguhnya gadis itu tidak tahu bagaimana cara melakukannya.
Sejak awal saja memang sudah terlihat bahwa Kinan sedikit sulit untuk didekati. Bukan hanya Bella yang menyadari itu, tapi juga semua penghuni asrama yang lainnya, kecuali Bintang tentunya. Gadis yang satu itu terkadang sulit memahami informasi, dia harus mendapatkan penjelasan lengkap lebih dahulu baru bisa mengerti apa yang sedang terjadi.
“Bin, ayo balik, kita pasti ganggu latihannya Kinan nih!” Bella dengan cepat merangkul lengan Bintang dan menariknya untuk segera menjauh dari piano.
Bintang yang tersadar bahwa mereka berdua sudah berada terlalu lama di ruang musik pun tersentak kaget. “Oh, iya, maaf banget Kinan, gue ini malah ngajakin lo ngobrol padahal lo lagi latihan.”
Bella bisa melihat bahwa Kinan baru saja menghela napas lega begitu Bintang sudah berada sedikit jauh darinya.
“Kinan mau ikut balik ke asrama nggak? Lo pasti udah cukup lama di sini, nggak mau balik aja terus main sama kita-kita?” tanya Bintang lagi, Bella sampai harus menarik napas panjang karena merasa heran dengan Bintang yang tak mengerti bagaimana cara Kinan bersikap saat ini.
“Enggak deh, gue masih harus latihan beberapa kali lagi. Kalian duluan aja.” Benar kan, pada akhirnya Kinan menolak.
Sudah tertebak sekali oleh Bella, ingatlah tidak semudah itu untuk mendekatinya.
Mereka semua harus sabar dan terus mencoba hingga membuat Kinan percaya kepada mereka dan akhirnya mau membuka diri.