Tidak sampai satu hari lamanya, Larasati kembali mendapatkan kesadaran sekitar tengah malam. Kedua matanya terbuka dan di saat bersamaan perempuan itu bernapas berat seperti berada dalam kabut asap yang tebal. Mahesa yang tertidur menyandarkan kepala di ranjang segera bangun terperanjat. Dia beranjak berdiri dan menyadarkan Larasati yang berkeringat dingin dengan kedua mata melotot. “Larasati! Larasati, ini aku!” Baru setelah kedua tangan Mahesa membingkai wajah sang istri dan memaksa wanita itu untuk menatapnya, napas Larasati perlahan menjadi tenang dan disusul dengan helaan napas yang meluncur keluar bersama air mata. “Ah, syukurlah!” Mahesa menghela napas lega dengan mata terpejam. Dia kembali duduk dan menggenggam tangan Larasati lalu mengecupnya selama beberapa saat. “Kamu baik-b