Setelah bersitegang dengan Uncle Dewo, kami memutuskan tidur di kamar pembantu, meski kamarnya kecil, tidak masalah karna Uncle bersamaku, selalu setia memelukku. Tapi ... yang namanya hati tetap tidak bisa dibohongi, Aku masih sakit hati. Meski Uncle menjelaskan berkali-kali, setelah ada rasa lega rasa was-was itu kembali ada! Apalagi saat semuanya sudah tenang, Aku selalu terbayang. Bahkan dalam keadaan tenang itulah sukar untuk melupakan. Pelukan, Miya! Rayuan, Miya! Perhatian Uncle Dewo padanya! Ah entahlah!! Aku benar-benar buruk untuk bisa mencerna keadaan yang menimpa kehidupan Miya dan Uncle Dewo. Ya Allah ... mungkin hatiku sangat buruk! Astaghfirullah hal adzim .... "Kau masih belum tidur, Sayang? Sudah malam," ucapan lembut Uncle Dewo mengagetkan Aku dari lamunan. Tangannya