Ayesha tidur meringkuk di kamarnya. Menahan tangisan yang akan keluar dari bibirnya. Air matanya sudah tak keluar lagi. Mungkin, air matanya pun juga enggan keluar menangisi pria yang telah melukai hatinya. Ayesha juga tak mau gila seperti ini. Andai ia mencintai Keenan setengah-setengah. Kalau suatu saat Keenan tak bersamanya lagi, rasanya tidak sesakit ini. Ceklek! Suara pintu terbuka. Derap langkah seseorang mendekati Ayesha yang enggan bergerak dari posisinya. Keenan memandangi tubuh istrinya yang meringkuk tak berdaya. Dengan tangan gemetar, Keenan mengusap pipi Ayesha. Ayesha membuka matanya. Menunggu dengan pasti apa yang akan suaminya lakukan lagi. "Aku pamit, Ay!" ucap Keenan dengan suara tercekat. Dengan perlahan Ayesha bangkit. Merapikan rambutnya yang berantakan. "Pergila

