“Jadi Om Atang ini sengaja menyabotase Felysiaku untuk mendapatkan pabriknya? Dan memaksa kekasihku, cintaku, bulanku untuk menikahinya?” Stefan mengeratkan cengkeramannya pada setir mobil yang di kemudikannya sambil menginjak gas lebih dalam, membuat mobil melaju lebih cepat. Seketika Djatmiko menyesali keputusannya untuk duduk di sebelah supir. Ia mencengkeram pegangan tangan di sisi pintu sambil menatap ke depan dengan wajah pucat pasi. “Eh…eh… pelan-pelan, Stef. Gak osah ngebut-ngebut nanti nubruk,” komentar Djatmiko. Stefan mengelokkan setirnya menghindari seekor ayam yang nyeberang, hingga seisi mobil terbanting ke satu sisi. “Adudududu… Step… Tep…ampun, Tep. Aku masih ingin hidup,” ulang Djatmiko kini mulai memejamkan matanya karena tidak ingin terkencing-kencing di dalam mob