Arum duduk di sudut ruangan dengan tatapan kosong. Tangannya yang kurus memeluk erat sebuah boneka lusuh. Bibirnya bergerak pelan, seakan berbicara dengan boneka itu, tapi suaranya hanya terdengar seperti gumaman yang tak jelas. Matanya sembab karena terlalu sering menangis, tapi tak ada yang peduli. Bagi semua orang, dia hanyalah seorang wanita gila yang perlu dirawat di rumah sakit jiwa. Suster yang berjaga di luar mengawasi Arum dengan waspada. Mereka sudah terbiasa dengan pasien yang berteriak-teriak atau menangis tanpa henti, tapi ada sesuatu yang berbeda dari Arum. Wanita itu tidak sekadar marah atau mengamuk seperti pasien lain—dia terlihat benar-benar terjebak dalam dunianya sendiri, dunia yang kelam dan penuh dengan kebencian. Dari balik kaca ruangan, Jeremy menatapnya denga