Arum tersenyum lembut pada Briana, yang tampak duduk di sofa ruang tamu dengan pandangan kosong. Putrinya itu terlihat murung sejak pagi, dan meskipun Arum sudah mencoba mengajaknya berbicara, Briana tetap menjawab dengan nada datar. Arum mendekat, lalu duduk di sampingnya. Dengan hati-hati, dia mengusap pipi Briana, mencoba memberikan sedikit kehangatan. “Sayang, jangan begini, ya?” ujar Arum lembut. “Kami tidak akan pergi lama. Kamu masih bisa melakukan banyak hal di sini. Mungkin pergi dengan Zitta atau Lena, kan? Mereka pasti akan senang menemanimu.” Briana hanya tersenyum tipis, namun matanya tidak menunjukkan kebahagiaan. Dia melirik ke arah Jeremy, yang berdiri di dekat pintu dengan tangan dimasukkan ke dalam saku celana. Pria itu tampak dingin seperti biasanya, tidak menunjuk