Jeremy duduk diam di samping ranjang rumah sakit, matanya tak lepas dari wajah Briana yang pucat. Tangan kanan Briana diinfus, jari-jarinya yang dulu begitu hangat kini terasa dingin di genggaman Jeremy. Ia menunduk, mencium punggung tangan Briana berulang kali, seolah berharap sentuhannya bisa membangunkan wanita itu dari tidurnya yang lemah. "Dengar aku, Briana..." suara Jeremy bergetar, dipenuhi penyesalan dan rasa sakit. "Aku janji, ini tidak akan pernah terjadi lagi. Aku tidak akan membiarkanmu tersakiti seperti ini lagi." Jeremy menggenggam tangan Briana lebih erat, mencoba menyalurkan kehangatan, seolah berharap wanita itu bisa merasakan betapa besar perasaannya. Setiap detik berlalu terasa begitu lama. Mesin-mesin medis berbunyi pelan, mengisi keheningan yang menyelimuti r